PedomanAsupan Gizi Seimbang yang diperlukan Setiap Hari 28 Januari 2022 Pada masa pandemi, kita diharuskan untuk menjaga kesehatan dan serta daya tahan tubuh. Maka itu, cara paling mudah
Latar Belakang.Status gizi merupakan keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai dengan perubahan-perubahan hormonal, kognitif dan emosional. Semua perubahan ini membutuhkan zat gizi secara khusus. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi dengan status gizi mahasiswa Program Studi Gizi semester 3 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Jumlah responden penelitian ini adalah 40 orang. Pengambilan data asupan makan menggunakan metode recall 24 jam selama 3 hari berturut-turut. Penentuan status gizi diperoleh dari parameter IMT Indeks Massa Tubuh dari pengukuran berat badan dalam kg dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Uji statistik yang digunakan adalah Pearson Product Moment. Hasil Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan asupan energi dengan status gizi P = 0,227, tidak ada hubungan asupan protein dengan status gizi P = 0,162, tidak ada hubungan asupan lemak dengan status gizi P = dan tidak ada hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi P = Kesimpulan Tidak ada hubungan asupan zat gizi energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan status gizi mahasiswa gizi semester 3 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Kata Kunci Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Status Gizi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017 49 HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA GIZI SEMESTER 3 STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA THE CORRELATION OF NUTRIENT INTAKE WITH NUTRITIONAL STATUS OF STUDENTS IN NUTRITIONAL PROGRAM 3RD SEMESTER OF STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Tuti Rahmawati Prodi S1 Gizi, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta email tutirahmawati97 Abstrak Status gizi merupakan keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai dengan perubahan-perubahan hormonal, kognitif dan emosional. Semua perubahan ini membutuh-kan zat gizi secara ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi dengan status gizi mahasiswa Program Studi Gizi semester 3 STIKES PKU Muhammadiyah penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Jumlah responden penelitian ini adalah 40 orang. Pengambilan data asupan makan menggunakan metode recall 24 jam selama 3 hari berturut-turut. Penentuan status gizi diperoleh dari parameter IMT Indeks Massa Tubuh dari pengukuran berat badan dalam kg dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Uji statistik yang digunakan adalah Pearson Product Moment. Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan asupan energi dengan status gizi P = 0,227, tidak ada hubungan asupan protein dengan status gizi P = 0,162, tidak ada hubungan asupan lemak dengan status gizi P = dan tidak ada hubungan asupan karbo-hidrat dengan status gizi P = Tidak ada hubungan asupan zat gizi energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan status gizi mahasiswa gizi semester 3 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Kata Kunci Asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, status gizi. Abstract Nutritional status is a condition of a person caused by consumption, absorption and use of food nutrients. Adolescence is a time of drastic changes in a person. Growth at a relatively young age accurs at the same speed, a sudden increase when entering adolescence. All of these changes require special nutrients. This study aims to know the correlation of nutrient intake with nutritional status of students in nutritional program 3rd semester of STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. This research used observational research design with cross sectional research design. The number of research sample was 40 samples. The data of food intake used a 24-hour recall method for 3 consecutive days. The determination of nutrition status used BMI Body Mass Index of measure-ments of body weight in kilograms divided by height in meters squared. The statistical test used Pearson Product Moments. The result of statistical test shows that there is no correlation of energy intake with nutritional status P = , no correlation of protein intake with nutritional status P = , no correlation of fat intake with nutritional status P = , no correlation of carbohydrat intake with nutritional status P = There is no no correlation of nutrient intake with nutritional status of students in nutritional program 3rd semester of STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Keywords Energy intake, protein, fat, carbohydrate, nutritional status. PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017 50 PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas hidup dan sumber daya manusia. Penentu zat gizi yang baik terdapat pada jenis pangan yang baik dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuh Baliwati dkk, 2010. Zat gizi adalah bahan kimia yang terdapat dalam bahan pangan yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh Almatsier dkk, 2010. Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Status gizi seseorang tersebut dapat diukur dan dinilai untuk mengetahui apakah status gizinya tergolong normal atau tidak normal Almatsier dkk, 2011. Status gizi baik apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang seimbang dalam jumlah yang cukup. Status gizi kurang apabila terjadi kekurangan karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Status gizi lebih jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang ber-lebihan dapat menimbulkan overweigth dan obesitas Nilsapril, 2008. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada remaja merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerjanya. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan oleh setiap orang secara ber-kesinambungan Astarwan, 2008. Remaja merupakan salah satu periode dalam kehidupan antara pubertas dan maturitas penuh 10-21 tahun, juga suatu proses pematangan fisik dan perkembangan dari anak-anak sampai dewasa. Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode remaja awal 10-14 tahun, renaja pertengahan 15-17 tahun, dan remaja akhir 18-21 tahun. Mahasiswa dapat dikatakan sebagai remaja dengan kisaran usia antara 17-22 tahun Indrawigata, 2009. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Pertum-buhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan yang sama, secara mendadak mening-kat saat memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai dengan perubahan-perubahan hormonal, kognitif dan emosional. Semua perubahan ini membutuhkan zat gizi secara khusus. Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab. Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja mempengaruhi baik asupan maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja mempunyai kebutuhan gizi yang khusus, yaitu remaja yang aktif dalam kegiatan olahraga, menderita penyakit kronis, sedang hamil, melakukan diet secara berlebihan, pecandu alcohol atau obat terlarang Almatsier dkk, 2011. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 tentang status gizi penduduk usia remaja oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 8,9 % penduduk Indonesia usia 16-18 tahun mengalami gizi akut kurus, 31,2 % mengalami gizi kronis pendek, dan 1,4% mengalami gizi lebih kegemukan. Sedangkan Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi remaja 16-18 tahun remaja kurus relatif sama tahun 2007 dan 2013, dan prevalensi sangat kurus naik 0,4%. Sebaliknya prevalensi gemuk naik dari 1,4% 2007 menjadi 7,3 persen2013. Prevalensi penduduk umur > 18 tahun kurus 8,7%, berat badan lebih 13,5% dan obesitas 15,4%. Asupan zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan antara kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi baik dan gizi lebih maupun gizi kurang Soetjiningsih, 2007. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan asupan zat gizi dengan status gizi pada mahasiswa Program Studi Gizi angkatan 2015 STIKES PKU Muham-madiyah Surakarta. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian des-kriftif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 Gizi tingkat 2 angkatan 2015 dan sampel ditentukan secara total sampling responden sejumlah 40 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi yaitu mahasiswa S1 Gizi tingkat 2 angka-tan 2016, bersedia diwawancara dan bersedia diukur berat badan dan tinggi badan. Jenis data adalah data primer, cara pengumpulan data dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner untuk data identitas dan form food recall untuk data asupan zat gizi. Untuk data status gizi diukur dengan menimbang berat badan menggunakan timbangan digital dengan kete- PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017 51 litian kg dan mengukur tinggi badan meng-gunakan microtoa dengan ketelitian cm. Pengolahan dan analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat mengunakan uji Pearson Product moment untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi dengan status gizi. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden penelitian ini adalah mahasiswa Prodi S1 Gizi semester 3 sebanyak 40 orang dan rata-rata umur responden 19 tahun dengan umur minimal 18 tahun dan umur maksimal 22 tahun. Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sampel terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 37 orang sedang-kan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang Prodi S1 Gizi rata-rata didominasi oleh mahasiswa berjenis kelamin perempuan. Analisis Univariat a. Asupan Zat Gizi Asupan zat gizi diperoleh dari hasil wawancara asupan makan menggunakan Food Recall. Yang selanjutnya data tersebut diolah menggunakan Nutrisurvey untuk menganalisa jumlah asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Distribusi asupan zat gizi responden dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 2. Distribusi Asupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat Responden Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 32 responden 80% memiliki asupan energi kurang, 8 responden 20% memiliki asupan energi baik dan tidak ada responden yang memiliki asupan energi lebih. Asupan energi responden dikategori-kan baik jika asupan energi sebesar 90-110% dari total kebutuhan berdasarkan AKG untuk remaja usia 19-29 tahun pada laki-laki dan perempuan. Ditemukan rata-rata asupan energi responden sebanyak 1447,92 kkal. Angka ini tergolong kurang bila dibandingkan dengan angka kecu-kupan energi menurut Departemen Kesehatan Tahun 2013 untuk kelompok umur 19-29 tahun yaitu 2250 kkal untuk perempuan dan 2725 kkal untuk laki-laki. Sejalan dengan penelitian Amelia 2013 yang meneliti asupan energi pada remaja putri Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Makasar menunjukkan tingkat kecukupan energi pada remaja putri sebagian besar 87% memiliki asupan energi kurang dan hanya 13% saja yang memiliki asupan energi cukup. Penelitian Sopacoly 2012 ditemukan hasil penelitian terhadap 62 responden diperoleh rata-rata asupan energi mahasiswa laki-laki angkatan 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado sebesar 1690 kkal. Paling banyak responden memiliki asupan energi kurang yaitu 54 orang sedangkan asupan energi cukup sebanyak 6 orang Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa responden dengan asupan protein kurang sebanyak 19 responden yang memiliki asupan protein lebih sebanyak 13 responden dan yang memiliki asupan protein baik sebanyak 8 responden 20%. Asupan protein responden dikategorikan baik jika asupan protein sebesar 90-110% dari total kebutuhan ber-dasarkan AKG untuk remaja usia 19-29 tahun pada laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil recall 24 jam ditemukan rata-rata asupan protein responden sebanyak g. Bila dibandingkan dengan angka kecukupan protein menurut Departemen Kesehatan Tahun 2015 untuk kelompok umur 19-29 tahun yaitu 56 g untuk perempuan dan 62 g untuk laki-laki, rata-rata asupan protein responden termasuk kurang. Berdasarkan hasil recall menunjukkan responden dengan asupan lemak kurang sebanyak 22 responden 55%, yang memiliki asupan lemak baik sebanyak 10 responden 25% dan asupan lemak lebih sebanyak 8 responden 20%. Asupan lemak responden dikategorikan baik jika asupan protein sebesar 90-110% dari total kebutuhan berdasarkan AKG untuk remaja usia PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017 52 19-29 tahun pada laki-laki dan perempuan. Ditemukan rata-rata asupan lemak responden sebesar g. Angka ini termasuk kurang bila dibandingkan dengan angka kecukupan lemak menurut Departemen Kesehatan Tahun 2013 untuk kelompok umur 19-29 tahun yaitu 55 g untuk perempuan dan laki-laki. Asupan karbo-hidrat responden berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki asupan karbohidrat kurang sebanyak 25 respon-den yang memiliki asupan karbohidrat baik sebanyak 14 responden 35% dan yang memiliki asupan karbohidrat kurang sebanyak 1 responden Asupan karbohirat responden dikategorikan baik jika asupan protein sebesar 90-110% dari total kebutuhan berdasarkan AKG untuk remaja usia 19-29 tahun pada laki-laki dan perempuan Berdasarkan hasil recall 24 jam ditemukan rata-rata asupan karbohidrat responden sebanyak g. Bila dibandingkan dengan angka kecukupan karbohidrat menurut Departemen Kesehatan Tahun 2013 untuk kelompok umur 19-29 tahun yaitu 309 g untuk perempuan dan 375 g untuk laki-laki, rata-rata asupan karbohidrat responden termasuk kurang. Asupan zat gizi merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan yang dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan Riyadi, 2001. Asupan energi pada remaja perempuan usia 19-29 tahun pada tahap perkembangan pasca pubertas berhubungan dengan tingkat perkembangan fisiologis, bukan dengan usia. Kebutuhan lemak pada remaja dihitung sekitar 37% dari asupan total energi, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Remaja sering mengkonsumsi lemak yang berlebih sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah gizi. Cara yang dipergunakan untuk mengurangi diet berlemak adalah memanfaatkan aneka buah dan sayur serta produk padi-padian dan sereal, juga dengan memilih produk makanan rendah lemak Cakrawati, dkk, 2011. b. Status Gizi Hasil pengukuran IMT yang diperoleh dari hasil pengukuran tinggi badan TB dan penimbangan berat badan BB. Rata-rata tinggi badan responden adalah cm dengan tinggi badan minimal 144 cm dan tinggi badan maksimal 178 cm. Rata-rata berat badan responden adalah kg dengan berat badan minimal 39 kg dan berat badan maksimal 90 kg. Data status gizi responden pada tabel berikut Tabel 3. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal sebanyak 21 responden yang memiliki status gizi underweight sebanyak 7 responden sebanyak 9 responden memiliki status overweight dan yang memiliki status gizi obesitas sebanyak 3 responden Status gizi baik atau normal pada usia remaja sangat diperlukan terutama remaja putri agar di masa kehamilannya nanti sehat dan pertambahan berat badannya adekuat Fanny dkk, 2010. Indeks Massa Tubuh merupakan metode yang digunakan dalam penentuan status gizi seseorang. Pada remaja, penentuan ini berdasarkan penghitungan Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Indeks BMI yang kemudian di cocokkan dengan grafik pertum-buhan sesuai dengan usia dan jenis kelamin Sumardillah dkk, 2010. Faktor yang mem-pengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi ada tiga factor yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan Supariasa, dkk, 2002. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fanny dkk 2010 di SMU PGRI Maros yang menunjukkan bahwa dari 113 responden, terdapat yang status gizinya tergolong normal. Pada dasarnya status gizi seseorang ditentukan berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat-zat gizi tersebut. Status gizi normal menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas makanan yang telah memenuhi kebutuhan tubuh. Seseorang yang memiliki status gizi kurang atau berada dibawah ukuran berat badan normal memiliki resiko terhadap penyakit ianfeksi, sedangkan seseorang PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017 53 yang berada di atas ukuran berat badan normal memiliki resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu diharapkan lebih memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi. Sebaiknya memilih jenis makanan yang sehat dan bergizi sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Analisis Bivariat a. Asupan Energi danStatus Gizi Hasil penelitian menunjukkan, responden yang memiliki status gizi normal tetapi asupan energinya kurang sebanyak 17 orang lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan yang status gizinya normal tetapi asupan energinya baik sebanyak 4 orang 10%. Demi-kian juga pada responden yang memiliki status gizi underweight tetapi asupan energinya kurang 10% jumlahnya lebih banyak daripada yang memiliki status gizi underweight tetapi asupan energinya baik Responden dengan asupan makan kurang tetapi memiliki status gizi overweight sebanyak 9 orang sedangkan responden yang memiliki status gizi obesitas tetapi asupan energinya kurang 5% jumlahnya lebih lebih banyak daripada yang memiliki status gizi obesitas tetapi asupan energinya baik Distribusi responden menurut asupan energi dan status gizi dan analisa uji statistik dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Asupan Energi dan Status Gizi Ditemukannya responden dengan status gizi underweight tetapi asupan energinya baik disebabkan karena asupan energi yang tidak seimbang dengan olahraga atau aktifitas yang baik. Sedangkan ditemukannya responden dengan status gizi normal tetapi asupannya kurang disebabkan karena keadaan status gizi saat ini merupakan refleksi asupan energi secara keseluruhan yang berasal dari pangan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Berdasarkan hasil uji statistik mengguna-kan Pearson Product Moment diperoleh nilai p = dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi. Tidak terdapatnya hubungan antara asupan energi dan status gizi disebabkan karena saat recall, responden lupa apa saja yang sudah dikonsumsi. Sehingga jumlah asupan hasil peritungan tidak menunjukkan kesesuaian dengan status gizi responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang berada pada keadaan gizi baik saat ini mempunyai resiko untuk mengalami penurunan status gizi menuju gizi kurang bila tidak diperhatikan konsumsi makanan mereka. Menurut Almatsier 2001, kekurangan energi akan menyebabkan tubuh mengalami keseim-bangan negatif. Akibatnya berat badan kurang dari berat seharusnya dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yuliansyah 2007, yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara kecukupan asupan energi dengan status gizi remaja putri SMU Negeri Toho Pontianak. Sejalan juga dengan hasil penelitian Sopacoly 2012 yang menyatakan tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi IMT pada mahasiswa pria angkatan 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Berdasarkan hasil penelitian dari data food recall 24 jam, sebagian besar responden memiliki asupan energi yang kurang namun bila dibandingkan dengan status gizi, lebih banyak responden yang memiliki status gizi normal. Hal ini dapat menunjukkan bahwa seseorang dengan PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017 54 status gizi normal belum tentu mengkonsumsi energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya per hari. Sedangkan pada responden yang mempunyai asupan energi tinggi dapat meningkatkan resiko mengalami gizi lebih. Hal ini disebabkan sisa energi yang tidak dikeluarkan tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak Almatsier, 2001. b. Asupan Protein dan Status Gizi Distribusi responden menurut asupan protein dan status gizi dan analisa uji statistik dapat dilihat pada tabel 5 berikut Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Asupan Protein dan Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan responden dengan status gizi normal persentase terbesar terdapat pada responden yang asupan protein lebih yaitu 8 orang 20%, responden dengan status gizi underweight tetapi asupan protein lebih memiliki persentase lebih besar dibandingkan dengan yang asupan proteinnya baik dan kurang. Persentase terbesar adalah responden yang memiliki status gizi overweigth tetapi asupan protein kurang yaitu 9 orang Dilihat dari karakteristik tinggi badan, rata-rata tinggi badan responden termasuk dalam kategori pendek jika dibandingkan dengan dengan rata-rata tinggi badan anak Indonesia yang terdapat dalam tabel AKG. Hal ini menunjukkan keadaan gizi masa lalu yang tidak baik, karena menurut Waryana 2010, seseorang yang tergolong pendek tidak sesuai umur kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Pearson Product Moment diperoleh nilai p = dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi. Belum diketahui secara pasti factor yang menyebabkan tidak terdapat hubungan asupan protein dengan status gizi, tetapi menurut Soekirman 2000 menyebutkan status gizi adalah keadaan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Sedangkan menurut Almatsier 2001, bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yuliansyah 2007 yang menyatakan tidak ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi remaja putri SMU Negeri Toho Pontianak P = dengan nilai odds ratio OR = yang artinya bahwa pada asupan protein yang kurang mempunyai resiko terjadinya gizi kurus kali lebih besar dibandingkan dengan asupan proteinnya baik. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Klau, dkk 2013 yang menyatakan tidak ada hubungan asupan protein dengan status gizi pelajar di SMPN 1 KOKAP Kulon Progo Yogyakarta. c. Asupan Lemak dan Status Gizi Distribusi responden menurut asupan lemak dan status gizi dan analisa uji statistik dapat dilihat pada tabel 6 berikut PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017 55 Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Asupan Lemak dan Status Gizi Berdasarkan tabel 6 diperoleh hasil pene-litian yang menunjukkan bahwa responden yang memiliki status gizi normal tetapi memiliki asupan lemak baik 20% jumlahnya sama dengan responden yang memiliki asupan protein kurang 20%. Sedangkan responden yang memiliki status gizi underweight tetapi asupan protein kurang 10% jumlahnya lebih banyak daripada yang asupan proteinnya baik Persentase terbesar juga ditunjukkan pada responden yang memiliki status gizi overweigth tetapi asupan protein kurang 20%. Sedangkan responden yang memiliki status gizi normal tetapi asupan lemak cenderung lebih sebanyak 5 orang Pada responden yang memiliki status gizi obesitas tetapi asupan lemaknya cenderung kurang sebesar 5% 2 orang. Hal ini disebabkan seperti halnya pada asupan energi, status gizi merupakan refleksi asupan secara keseluruhan yang berasal dari pangan sumber energi, protein dan karbohidrat. Hal ini juga disebabkan karena responden hanya mengonsumsi bahan makanan yang mengandung sedikit lemak, seperti sayuran yang ditumis, tahu goreng, ikan goreng dan telur goreng. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Pearson Product Moment diperoleh nilai p = dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan lemak dengan status gizi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuliansyah 2007 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara proporsi energi yang berasal dari lemak dengan status gizi. Obesitas bukan hanya disebabkan oleh kontribusi lemak terhadap total energi saja tetapi dari supan lain seperti karbohidrat dan protein. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Klau, dkk 2013 yang menyatakan tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan status gizi P = Penelitian berbeda dengan penelitian Muchlisa, dkk 2013 yang menyatakan ada hubungan antara asupan lemak dengan status gizi remaja putri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makasar dengan nilai P = d. Asupan Karbohidrat dan Status Gizi Distribusi responden menurut asupan karbohidrat dan status gizi dan analisa uji statistik dapat dilihat pada tabel 7 berikut Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Asupan Karbohidrat dan Status Gizi PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017 56 Hasil penelitian menunjukkan bahwa res-ponden yang memiliki status gizi normal tetapi memiliki asupan karbohidrat kurang 30% jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan yang asupan karbohidratnya baik 20%. Sedangkan responden yang memiliki status gizi overweight tetapi asupan karbohidratnya kurang 20% lebih besar jumlahnya daripada yang asupan karbohidratnya baik Responden dengan status gizi obesitas tetapi asupan karbohidratnya cenderung baik 5%. Persentase terbesar juga terjadi pada responden yang memiliki status gizi overweigth tetapi asupan karbohidratnya kurang sebesar 20%. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Pearson Product Moment diperoleh nilai p = dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gizi. Hal ini disebabkan seperti halnya pada asupan energi, status gizi merupakan refleksi asupan secara keseluruhan yang berasal dari pangan sumber energi, protein dan karbohidrat. Secara alami komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan kelemahan. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral sehingga apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup dan produktif. Dengan kata lain, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam makanan. Pemenuhan gizi seimbang bukanlah hal mudah bagi mahasiswa, karena kesibukan dengan berbagai tugas dan kegiatan. Padahal kebutuhan gizi yang terpenuhi dengan baik akan membuat orang lebih memiliki perhatian dan kemampuan untuk belajar lebih mudah. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa harus memperhatikan asupan makan dari aspek jenis makanan yang dikonsumsi Hardiansyah, dkk, 2005. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Klau dkk 2013 yang menyatakan tidak ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gizi pelajar di SMPN 1 KOKAP Kulon Progo Yogyakarta. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa semester 3 angkatan 2015 Program Studi S1 Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta sebagian besar 80% memiliki asupan energi kurang, asupan protein kurang asupan lemak kurang 55% dan sebagian besar memiliki asupan karbohidrat kurang. Sebagian besar mahasiswa memiliki status gizi normal. Tidak ada hubungan antara asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan status gizi mahasiswa semester 3 angkatan 2015 Program Studi S1 Gizi. Disaran-kan perlu adanya penyuluhan tentang gizi seimbang pada remaja untuk meningkatkan asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Bagi responden diharapkan supaya memper-hatikan antropometri tubuhnya untuk mengetahui status gizi dan resiko kesehatannya. Perlu penelitian lebih lanjut tentang hubungan asupan zat gizi dengan status gizi dengan variable yang lebih lengkap. REFERENSI Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Almatsier S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Almatsier S, Soetardjo S, Soekarti M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Amelia AR. 2013. Asupan Energi pada Remaja Santri Putri Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Makasar Sulawesi Selatan. Skripsi. Makasar Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Astarwan. 2008. Lanjut Usia Yang Produktif. Jakarta Pustaka Ilmu. Baliwati, Yayuk F, dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta Penebar Swadaya. Cakrawati, Dewi dkk. 2011. Bahan Pangan Gizi dan Kesehatan. Bandung Alfabeta. Fanny Tingkat Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Siswa SMU PGRI Kabupaten Maros Propinsi Sulsel. Skripsi. PROFESI, Volume 14, Nomor 2 Maret 2017 57 Volume IX Edisi Januari-Juni. Hardiansyah, Briawan D. 2005. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Laporan Penelitian. Bogor Institut Pertanian Bogor. Indrawigata L. 2009. Hubungan Status Gizi, Aktifitas Fisik dan Asupan Gizi dengan Kebugaran Mahasiswi Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Skripsi. Jakarta Universitas Indonesia. Klau, Ciptorini, D., Styaningrum, 2013. Hubungan Asupan Energi Protein Lemak dan Karbohidrat Dengan Status Gizi Pelajar di SMPN 1 KOKAP Kulon Progo Yogyakarta. Program Studi S1 Ilmu Gizi. Universitas Respati Yogyakarta. Muchlisa., Citrakesumasari., Indriasari, R. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi pada Remaja Putri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ha-sanuddin Makasar Tahun 2013. Jurnal MKMI. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin Makasar. Nilsapril NR. 2008. Hubungan Konsumsi Energi, Protein, dan Serat Terhadap Status Gizi Usia Lanjut di Sasana Tresna Werdha Budi Mulia. Jakarta Selatan Universitas Indonusa Esa Unggul. Riset Kesehatan Dasar. 2010. Laporan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi. Bogor Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta CV Agung Seto Sopacoly MG. 2012. Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi Mahasiswa Pria Angkatan 2011. Skripsi. Manado Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeristas Sam Ratulangi. Sumardillah dkk. 2010. Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan dengan Status Gizi Siswa SMA di Bandar Lampung 2009. Jurnal Kesehatan Volume 1 No. 1 April 2010. Supariasa IDN, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta Buku Kedokteran EGC. Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta Pustaka Utama. Yuliansyah D. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Remaja Putri di Sekolah Menengah Umum Negeri Toho Kabupaten Pontianak. Skripsi. Yogyakarta Universitas Gadjah Mada. ... Persentase asupan lemak sebagai salah satu prediktor status gizi juga dilaporkan pada penelitian yang dilakukan di Makasar pada 89 siswa SMP dengan nilai p-value=Three burdens of malnutrition, namely undernutrition, overnutrition, and lack of macronutrients are problems faced by adolescents in Indonesia. Nutritional problems related to development and growth are often experienced by adolescents because the adolescent's body requires more energy and nutrients than children. Previous studies on nutritional intake and nutritional status in adolescents reported inconsistent results. This study aims to determine the relationship between nutritional intake and nutritional status in adolescent girls in Buleleng Bali. This study uses a cross-sectional analytic observational design conducted in two high schools in Buleleng Regency with 163 respondents. The instruments used in this study were a questionnaire, 2x24 hour food recall, weight measurement with a weight scale, height measurement with a mechanical meter, and the World Health Organization WHO AnthroPlus software to calculate the body mass index by age z-score. Spearman correlation test was performed for bivariate analysis and multiple linear regression for multivariate analysis. Bivariate analysis showed that the variables of fat intake p-value=Surakarta City is one of the cities in Central Java which is vulnerable to food insecurity events, especially transient food insecurity. This is because the city of Surakarta is a disaster-prone area from flooding, strong winds and landslides. This will have an impact on nutrition and food access for the people of Surakarta City when a disaster occurs. The role of the SKPG is very important in providing information for the Surakarta City government regarding the condition of food and nutrition, so that the response to food insecurity can be right on target. The SKPG is compiled by collecting data according to categories, which are then processed for policy making from the Surakarta City government. The quality of public food consumption in Surakarta City, Central Java is still far from ideal. This is indicated by the score of the Expected Food Pattern PPH which was still in the range of in 2016 which was even lower than 2014 which reached However, in 2019 PPH for Surakarta City was 94%, higher than the national target 92% based on SKPG annual report of Surakarta City 2019. Apart from the low level of public awareness, the economic condition of the residents can also be the cause of this low quality of food. The decreasing purchasing power of the people is directly proportional to their ability to meet the nutritional standards of the food they consume. The problem of low quality food consumption does not only occur in Central Java, but also nationally. The facts show that Indonesia is ranked the country with the worst food nutrition in the world. This is indicated by the still high number of children under five with weight and height not according to age, which is in the range of 37%, obesity is 12%, and thinness of 11%, this has the potential to lead to greater stunting cases. The occurrence of food and nutrition insecurity is generally caused by not meeting the amount of agricultural production to meet food needs in the region. SKPG is implemented as a measure to anticipate and overcome food insecurity in Surakarta. SKPG should be able to become a guideline so that even distribution and improvement of food security can be done. Based on the explanation of these problems, it is necessary to develop a Food and Nutrition Precautions System in Surakarta City. Key words Food, Nutrition, SKPG, Surakarta, Vigilance 0,05 chi square. Kesimpulan kesimpulan dari penelitian ini, terdapat adanya hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makronutrien energi dan asupan zat gizi mikronutrien kalsium, mg dan fe dengan status gizi pada balita di TK Pelita Pertiwi.... Sehingga apabila konsumsi energi yang tidak cukup berlangsung terus menerus akan mempengaruhi status gizi responden dihari kemudian. 21 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati 2017 mengungkapkan bahwa responden yang memiliki status gizi normal tetapi memiliki asupan karbohidrat kurang 30%. Sedangkan responden yang memiliki status gizi overweight tetapi asupan karbohidratnya kurang 20%. ...Ezha WidnatusifahSabaria Manti BattungBurhanuddin Bahar Marini Amalia MansurPendahuluan Kondisi bencana alam menyebabkan masyarakat yang tinggal di tempatpengungsian memiliki segala keterbatasan, baik dari segi sandang, pangan maupun papan. Ketersediaan pangan yang terbatas sangat berdampak kepada asupan zat gizi dan status giziremaja. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan zat gizi dan statusgizi remaja di pengungsian Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Bahan dan Metode Jenispenelitian yang digunakan adalah observasional dengan desain penelitian deskriptif. Sampelpenelitian ini sebanyak 59 remaja dengan menggunakan tekhnik total sampling. Pengambilandata asupan makanan menggunakan metode recall 24 jam selama 2 hari pada hari sekolah danhari libur. Penentuan status gizi diperoleh dari parameter IMT/U. Pengolahan dan analisis datapada penelitian ini menggunakan SPSS. Hasil Hasil dari analisis diketahui bahwa asupan zatgizi makro responden masih kurang yaitu asupan energi kurang sebanyak 93,2%, karbohidratkurang sebanyak 78%, lemak kurang sebanyak 98,3% dan protein kurang sebanyak 89,8%.Asupan zat gizi mikro responden juga masih kurang yaitu asupan vitamin C dan folat kurangsebanyak 96,6%, kalsium kurang sebanyak 100%, zat besi kurang sebanyak 69,5% dan zinkkurang sebanyak 91,5%. Sedangkan status gizi responden tergolong baik yaitu sebanyak 84,7%dan status gizi kurang sebanyak 11,9%. Kesimpulan Asupan zat gizi makro dan mikroresponden masih kurang dari kebutuhan AKG yang telah dianjurkan dan status gizi respondentergolong status gizi SyarfainiUlfah HumaidahIrviani Anwar IbrahimAdolescence is a period of dramatic change in a person. This sudden increase in growth is accompanied by hormonal, cognitive and emotional changes. Teenagers really need more nutrients because of increased growth and physical development that is very drastic. This study aims to determine the relationship of food intake with the nutritional status of adolescent students of SMP Buq'atun Mubarakah Pondok Pesantren Darul Aman Makassar. This research method used quantitative analytic with cross sectional approach. Retrieval of food intake data used the food weighing method for 3 consecutive days. Determination of nutritional status was obtained from BMI/A parameters body mass index/age. Statistical test results showed no relationship between energy intake, protein intake, vitamin A intake, iron, zinc and fat intake with the nutritional status of students, but we obtained a significant relationship between carbohydrate intake and nutritional status. In addition, we found no relationship between diarrheal infections and typhoid infections with nutritional status. We recommend that the pesantren can design a varied list of food menus for students to fulfill a balanced nutritional statusS AlmatsierAlmatsier S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta PT Gramedia Pustaka Seimbang Dalam Daur KehidupanS AlmatsierS SoetardjoM SoekartiAlmatsier S, Soetardjo S, Soekarti M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta PT Gramedia Pustaka Energi pada Remaja Santri Putri Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Makasar Sulawesi SelatanA R AmeliaAmelia AR. 2013. Asupan Energi pada Remaja Santri Putri Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Makasar Sulawesi Selatan. Skripsi. Makasar Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Usia Yang ProduktifAstarwanAstarwan. 2008. Lanjut Usia Yang Produktif. Jakarta Pustaka Pangan dan GiziBaliwatiF YayukBaliwati, Yayuk F, dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta Penebar Pangan Gizi dan KesehatanDewi CakrawatiDkkCakrawati, Dewi dkk. 2011. Bahan Pangan Gizi dan Kesehatan. Bandung IndrawigataIndrawigata L. 2009. Hubungan Status Gizi, Aktifitas Fisik dan Asupan Gizi dengan Kebugaran Mahasiswi Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Skripsi. Jakarta Universitas Asupan Energi Protein Lemak dan Karbohidrat Dengan Status Gizi Pelajar di SMPN 1 KOKAP Kulon Progo YogyakartaY H KlauD CiptoriniS D StyaningrumKlau, Ciptorini, D., Styaningrum, 2013. Hubungan Asupan Energi Protein Lemak dan Karbohidrat Dengan Status Gizi Pelajar di SMPN 1 KOKAP Kulon Progo Yogyakarta. Program Studi S1 Ilmu Gizi. Universitas Respati Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi pada Remaja Putri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makasar TahunMuchlisaCitrakesumasariR IndriasariMuchlisa., Citrakesumasari., Indriasari, R. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi pada Remaja Putri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makasar Tahun 2013. Jurnal MKMI. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin Konsumsi Energi, Protein, dan Serat Terhadap Status Gizi Usia Lanjut di Sasana Tresna Werdha Budi MuliaN R NilsaprilNilsapril NR. 2008. Hubungan Konsumsi Energi, Protein, dan Serat Terhadap Status Gizi Usia Lanjut di Sasana Tresna Werdha Budi Mulia. Jakarta Selatan Universitas Indonusa Esa Unggul.
MenurutWHO remaja adalah anak yang mencapai usia 10-24 tahun.4 Remaja mudah mengalami masalah status gizi karena merupakan peralihan dari masa kanak-kanak hingga dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, fisiologis dan psikososial perkembangan pesat tersebut jika tidak diimbangi dengan konsumsi zat gizi yang seimbang akan mengakibatkan
Asupan zat gizi makro karbohidrat, protein, dan lemak yang berasal dari sarapan adalah komponen utama penghasil energi yang berperan penting dalam meningkatkan keadaan status gizi siswa. Penelitian ini dilakukan pada siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo dengan jumlah 384 orang. Sampel diperoleh sebanyak 196 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data asupan karbohidrat, protein, dan lemak dikumpul menggunakan angket food recall 24 jam, sedangkan data status gizi siswa dikumpul melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makro karbohidrat p=0,000; protein p=0,000; lemak p=0,000 dari sarapan dengan status gizi siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. Disarankan kepada siswa agar selalu memperhatikan asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi sehingga dapat mempertahankan keadaan status gizi yang optimal. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DARI SARAPAN DENGAN STATUS GIZI SISWA RELATIONSHIP OF INTEGRATED MACRO NUTRITION FROM BREAKFAST WITH STUDENT NUTRITION STATUS Sunarto Kadir Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Univeristas Negeri Gorontalo E-mail Abstrak Asupan zat gizi makro karbohidrat, protein, dan lemak yang berasal dari sarapan adalah komponen utama penghasil energi yang berperan penting dalam meningkatkan keadaan status gizi siswa. Penelitian ini dilakukan pada siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo dengan jumlah 384 orang. Sampel diperoleh sebanyak 196 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data asupan karbohidrat, protein, dan lemak dikumpul menggunakan angket food recall 24 jam, sedangkan data status gizi siswa dikumpul melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makro karbohidrat p=0,000; protein p=0,000; lemak p=0,000 dari sarapan dengan status gizi siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. Disarankan kepada siswa agar selalu memperhatikan asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi sehingga dapat mempertahankan keadaan status gizi yang optimal. Kata kunci Asupan; Status gizi; Zat gizi makro Abstract Intake of macronutrients carbohydrates, proteins and fats derived from breakfast are the main components of energy producers that play an important role in improving the state of nutritional status of students. This research was conducted on students at MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. The aim of the research was to analyze the relationship between the intake of macronutrients and the nutritional status of students. The type of research used is analytic survey with cross sectional design. The population involved all of the students in grade VIII at MTs Negeri 1 Kota Gorontaloas many as 384 adolescents. The sample was 196 people taken by using purposive sampling technique. Data of carbohydrate, protein and fat intake were collected using 24-hour food recall questionnaire, while data on nutritional status of students were collected through measurements of height and weight. Data analysis using Spearman Rank correlation test. The results showed that there was a significant relationship between the intake of macronutrients carbohydrate p= protein p= fat p= from breakfast and the nutritional status of students at MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. It is recommended that the students should be aware of the food nutritional intake consumed so that they are able to maintain the nutritional status optimally. Keywords Intake; Macronutrients; Nutritional status 2 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 1. PENDAHULUAN Masalah gizi yang utama dialami oleh para remaja diantaranya yaitu kelebihan berat badan/obesitas, kekurangan zat gizi, dan anemia defisiensi zat besi1. Menurut data Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, secara nasional status gizi anak remaja pada usia 13-15 tahun belum ada perubahan angka persentasinya. Prevalensi kependekan TB/U pada remaja usia 13-15 tahun yaitu 35,1%. Serta prevalensi status gizi IMT/U, persentasi kekurusan pada remaja usia 13-15 tahun yaitu sebanyak 11% dan persentasi kegemukan sebanyak 10,8%2. Salah satu penyebab rendahnya asupan zat gizi pada anak adalah kebiasaan makan. Sepertiga dari pemenuhan angka kecukupan gizi diperoleh dari makan pagi. Di Indonesia masih banyak anak yang tidak terbiasa ataupun melewatkan waktu sarapan, sedangkan yang sering sarapan mutu sarapannya masih rendah. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, 16,9%-50% anak usia sekolah dan remaja, serta rata-rata 31,2% orang dewasa tidak biasa sarapan. Anak sekolah mengkonsumsi minuman saat sarapan 26,1%, seperti air putih susu, atau teh dan 44,6% mengkonsumsi sarapan berkualitas rendah3. Melewatkan sarapan ataupun konsumsi sarapan yang tidak memadai dapat menyebabkan defisit zat gizi. Ketidakcukupan zat gizi karena kehilangan nutrisi yang ditimbulkannya jarang dapat dipenuhi oleh konsumsi makanan di waktu lain. Sarapan dapat memberikan dampak positif pada status nutrisi4. Sarapan dapat menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, diantaranya zat gizi makro yakni karbohidrat, protein dan lemak Zat gizi tersebut merupakan penghasil energi, meningkatkan pertumbuhan, dan berperan dalam metabolisme. Selain itu berperan dalam fungsi kerja otak yang menyediakan kadar glukosa bagi otak, serta sebagai alat transportasi aktif untuk otak5. Siswa MTs adalah siswa yang duduk atau sedang menutut ilmu di bangku sekolah menengah pertama. Siswa kelas VIII ditingkat MTsdigambarkan sebagai siswa yang tergolong usia labil dengan rentang usia 12,5-13,5 tahun, yang disebut remaja awal. Pada tahap ini merupakan tahap transisi untuk mulai mengenal satu sama lain, mengetahui keadaan sekolah dan mulai berani menunjukan sikap. Mereka cenderung lebih memanfaatkan lingkungan diluar rumah termasuk sekolah untuk mencari makanan kesukaan. Terpaparnya anak-anak ini dengan lingkungan, budaya, dan teman sebaya membuat mereka memiliki keputusan sendiri dalam berperilaku memilih makanan. Salah satunya adalah dalam memilih makanan yang di konsumsinya saat sarapan. MTs Negeri 1 Kota Gorontalo merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Gorontalo yang telah menerapkan ilmu gizi pada pelajaran muatan observasi awal pada siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kota Gorontalo pada bulan Agustus 2017 bahwa proporsi status gizi siswa diperoleh kekurusan sebesar 38,9% 22,2% kurus tingkat berat dan 16,7% kurus tingkat ringan, 36,8% normal, dan 24,3% kegemukan 7,9% kelebihan berat badan tingkat ringan, 11,1% obesitas tingkat I, serta 5,3% obesitas tingkat II. Dari 60 siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kota Gorontalo diperoleh 18 siswa 30,0% tidak pernah melakukan sarapan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo, yakni pada bulan November sampai dengan Desember 2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional, untuk menganalisis hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kota Gorontalo yaitu sebanyak 383 orang. Sampel kemudian diperoleh sebanyak 196 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui 3 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 sebelumnya. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman Rank, dengan bantuan program SPSS. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian 1 Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan Sumber Data Primer, 2017 2 Status Gizi Siswa Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Sumber Data Primer, 2017 3 Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan dengan Status Gizi Siswa Tabel 3 Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan dengan Status Gizi Siswa Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan 4 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 Asupan Zat Gizi Makro dari Sarapan Sumber Data Primer, 2017 Pembahasan Hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi siswa Tabel 3 diperoleh hubungan yang signifikan p value=0,000. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa atau responden yang berstatus gizi normal didapatkan paling banyak mengkonsumsi menu sarapan yang berasal dari sumber karbohidrat, seperti diantaranya nasi putih, nasi goreng, nasi kuning, roti, sereal, susu, gula dan lain sebagainya. Sedangkan yang berstatus gizi kurang asupan karbohidratnya kurang dari 15% AKG, dikarenakan siswa-siswa ini banyak dari mereka yang mengkonsumsi menu sarapan berasal dari sumber karbohidrat yang kurang, ada pula diantara mereka yang suka tidak menghabiskan makanannya ataupun makan dengan jumlah porsi yang sedikit. Karbohidrat adalah sumber penghasil energi paling utama, yang berperan sebagai pembangun bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh. Setelah semalaman tidur, baiknya makanan diawali dengan pasokan karbohidrat yang cukup, untuk menyeimbangkan berat badan 6. Hubungan asupan protein dengan status gizi siswa Tabel 3 diperoleh hubungan yang signifikan p value=0,000. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden yang memiliki kriteria asupan protein yang baik didapatkan paling banyak mengkonsumsi menu sarapan yang berasal dari sumber protein selain karbohidrat, seperti diantaranya telur, ikan, daging ayam, susu dan lain sebagainya. Sedangkan yang memiliki status gizi kurus dengan kriteria asupan protein yang kurang dikarenakan banyak diantara mereka kurang mengkonsumsi menu sarapan yang mengandung protein, ataupun kebiasaan yang tidak menghabiskan makanannya. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Fungsi utama protein yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain adalah membangun serta memelihara sel-sel jaringan tubuh7. Peran protein dari sarapan sama halnya karbohidrat yang apabila dikonsumsi secara seimbang dapatmempertahankan berat badan. Hubungan asupan lemak dengan status gizi siswa Tabel 3 diperoleh hubungan yang signifikan p value=0,000. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa atau responden yang memiliki kriteria asupan lemak yang baik didapatkan paling banyakmengkonsumsi menu sarapan yang mengandung lemak kompleks seperti daging ayam,ikan dan lain sebagainya. Serta cara penyajian makanannya pun disajikan dengan cara digoreng menggunakan minyak. Sedangkan yang kurus dengan kriteria asupan yang masih kurang, kebanyakan dari mereka mengkonsumsi menu sarapan yang kurang mengandung lemak ataupun yang di goreng dengan minyak seperti hanya teh manis saja atau telur yang di rebus. Lemak adalah sumber energi kedua setelah karbohidrat, memberikan rasa gurih pada makanan sehingga paling digemari oleh anak-anak. Lemak menghasilkan kekenyangan yang lebih lama dari pada karbohidrat dan protein karena waktu untuk mencernanya paling lama8. Oleh karena itu apabila siswa-siswa mengkonsumsi zat lemak yang cukup pada waktu sarapan dapat membuat perut terasa kenyang lebih lama sampai dengan waktu istirahat berikutnya. 5 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 Responden yang memiliki status gizi normal, kecukupan gizi pada waktu sarapan tercukupi dengan baik, begitupun siswa yang memiliki status gizi kurus kecukupan gizi pada waktu sarapan masih belum tercukupi dengan baik. Hal ini dibandingkan juga dengan asupan gizi harian yang telah ditinjau peneliti berdasarkan Recall 24 jamkonsumsi makanan yang telah dikonsumsi oleh responden atau siswa selama 3 hari tidak berturut-turut. Jika dilihat dari asupan sarapannya sebagian besar siswa yang berstatus gizi kurang sering melewatkan waktu sarapan dan yang sering sarapan asupan gizinya tidak sesuai, seperti hanya mengkonsumsi teh manis, roti, atau air putih saja. Begitu pula jika ditinjau dari asupan gizi hariannya menunjukkan rata-rata dari mereka mengkonsumsi makanan yang cepat saji atau instan, serta banyak diantara mereka yang makan dengan porsi yang sedikit bahkan melewatkan waktu makan dan lebih memilih makan jajanan yang rendah kalori seperti somay/bakso pentolan. Siswa yang berstatus gizi normal setelah ditinjau dari hasil Recall 24 jam konsumsi makanannya selama 3 hari yang sama, bila dilihat dari asupan sarapannya baik halnya dibanding yang berstatus gizi kurang. Sebagian besar dari mereka mematuhi waktu makan pagi dengan baik dan asupan makanan dengan sumber gizi yang sesuai, seperti mengkonsumsi nasi goreng, bubur ayam, sereal, susu dan lain sebagainya. Begitupun jika dilihat dari asupan gizi hariannya rata-rata mereka makan dengan porsi makan yang baik, asupan gizi dari makanan yang sesuai serta menu makanan yang cukup lengkap, seperti menu makan yang terdiri dari nasi putih dilengkapi lauk-pauk serta sayuran dan lain sebagainya. Diantara semua siswa yang telah menjadi responden masih terdapat pula responden yang memiliki kriteria asupan zat gizi makro yang tercukupi namun termasuk pada kategori status gizi yang kurang dari garis normal. Hal ini dikarenakan salah faktor internal dari dalam diri siswa yaitu penyakit infeksi yang sering membuat para siswa ini jatuh sakit. Walaupun asupan gizinya terpenuhi pada waktu tertentu asupan energinya tidak sebanding dengan saat periode sakitnya karena pada umumnya anak-anak saat jatuh sakit jadi sulit untuk mengkonsumsi makanan sehingga kalori yang dihasilkan dipakai sebagai energi untuk melawan sakitnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pahlevi dan Indarjo 2012 didapatkan bahwa terdapat hubungan antara penyakit infeksi dengan keadaan status gizi siswa di SDN Ngesrep 02 Kota Semarang p=0,001. Selain itu terdapat juga siswa yang berkriteria asupan zat gizi makroyang belum tercukupi namun termasuk dalam kategori status gizi yang lebih yaitu gemuk dan obesitas9. Hal ini dikarenakan oleh faktor genetik atau riwayat yang diturunkan oleh orangtua, meskipun asupan gizi yang kurang tetapi jika memiliki orangtua yang mengalami obesitas anak tersebut cenderung berisiko obesitas juga. Hasil ini sejalan dengan penelitian Permatasari 2013 pada anak SD di Kota Manado menunjukkan bahwa faktor Ibu dengan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya obesitas pada anak p=0,0510. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Yunawati 2015 tentang kebiasaan sarapan tidak berhubungan dengan status gizi anak sekolah dasar di Provinsi Nusa Tenggara Timurp>0,05. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti pengetahuan orang tua, serta kualitas dan kuantitas asupan energi dan protein sarapan yang rendah11. Terdapatnya hubungan asupan zat gizi makro dari sarapan dengan status gizi siswa pada penelitian ini karena terdapat faktor lain sebagai pendorongnya, seperti pendidikan dan pengetahuan gizi anak dari sekolah, kualitas dan kuantitas makanan yang tersedia dirumah, serta aktivitas penjualan makanan di lingkungan variasi status gizi pada siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Kota Gorontalo disebabkan oleh berbagai faktor yang merupakan faktor pendorong yaitu faktor internal dan faktor ekseternal. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor internal adalah faktor genetik, utilisasi makanan, penyakit infeksi, aktivitas fisik dan pengetahuan gizi. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah faktor pendidikan dan pengetahuan orangtua, budaya, dan kebersihan lingkungan8. Faktor-faktor lain yang mendorong status gizi siswa didapatkan pada penelitian yaitu ketersediaan pangan dalam keluarga, kebiasaan makan yang salah serta pengaruh teman sebaya. Selain 6 Vol. 1 , No. 1 , Januari 2019 Copyright © 2019, JJHSR, p-ISSN 2623-0674 itu keseimbangan zat gizi makanan yang dimakan baik itu di waktu sarapan dan di waktu lain juga sangat mempengaruhi kecukupan gizi anak. Jika status gizi anak baik dan optimal, maka anak cenderung terhindar dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh masalah gizi. 4. KESIMPULAN Asupan zat gizi makro dari sarapan siswa sebagian besar berkriteria asupan yang baik yaitu karbohidrat 59,2%, 38,8%protein dan lemak 42,9%.Pengukuran status gizi pada siswa paling banyak yang berstatus gizi kekurusan37,3%. Ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makro karbohidrat p=0,000; protein p=0,000; lemak p=0,000 dari sarapan dengan status gizi siswa di MTs Negeri 1 Kota Gorontalo. Diharapkan kepada siswa untuk selalu memperhatikan asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi khususnya pada saat sarapan sehingga dapat mempertahankan keadaan status gizi yang optimal. DAFTAR PUSTAKA [1]Istiany, A. dan Terapan. Jakarta Remaja Rosdakarya; 2013 [2]Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;2013 [3]Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Kesehatan Dasar Riskesdas 2010. Jakarta Kementrian Kesehatan Republik Indonesia;2010 [4]Soedibyo, S., dan Gunawan, H. Kebiasaan Sarapan di KalanganAnak Usia Sekolah Dasar di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak UI FKUI;2016 [5]Barasi, M. a Glance. Ilmu Erlangga; 2007 [6]Hardinsyah & Aries M. 2012. Jenis Pangan Sarapan dan Peranannya Dalam Asupan Gizi Harian Anak Usia 6-12 Tahun Di Indonesia. Departmen GiziMasyarakat. IPB. [7]Proverawati, A dan Kusumawati, A. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta Nuha Medika; 2011 [8]Marmi. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta Pustaka Pelajar; 2013 [9]Pahlevi, A. & Indarjo, S. 2012. Determinan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesmas. UNES. [10]Permatasari, I. R. Analisis Riwayat Orang Tua Sebagai Faktor Resiko Obesitas Pada Anak SD di Kota Manado. Jurnal Keperawatan. Manado UNSRAT; 2013 [11]Yunawati, I. Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tesis. UGM; 2015 Luh Eka Rahayu Ambarawati Purwaningtyas KusumaningsihI Gusti Ayu Wita KusumawatiKandungan air ikan tongkol sangat tinggi, menyebabkan ikan lebih mudah membusuk. Pindang sebagai salah satu pengawetan ikan tongkol dengan metode penggaraman, masih ditemukan bakteri yang mampu hidup di lingkungan berkadar garam tinggi. Olahan menu sarden pada penelitian ini menggunakan pindang tongkol. Pengolahan pindang tongkol menjadi sarden menggunakan nitrit dan kitosan sebagai pengawet. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kandungan protein, kalsium, natrium dan daya terima pada olahan sarden pindang tongkol dengan penambahan nitrit 0,01 mg dan kitosan 1,5%; 3%. Analisis kandungan protein menggunakan metode kjeldahl, untuk analisis kandungan kalsium dan natrium menggunakan metode spektrofotometer serapan atom. Hasil yang didapatkan kandungan protein tertinggi pada kelompok kontrol sebesar 24,36%, kandungan kalsium tertinggi pada kitosan 3% sebesar 75,53 mg/kg dan kandungan natrium tertinggi pada kitosan 1,5% sebesar 2047,0 mg/kg. Hasil uji organoleptik sarden pindang tongkol pada rasa, aroma dan warna memberikan hasil terbaik pada kitosan 3% sedangkan hasil uji organoleptik tekstur memberikan hasil terbaik pada kitosan 1,5%. Oleh karena itu, sarden pindang tongkol dengan kitosan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengawet dan mengurangi penurunan nilai kunci Kitosan; Nitrit; Nilai gizi; Pindang tongkol; SardenThe incidence of stunting under five is a major nutritional problem faced by Indonesia. The research aimed to determine relationship of the social, economic, and environmental factors related with stunting occurrenceintoddlers 10-59 months at Health Centers Gorontalo District. This research was done on the population of toddlers who experience stunting in 2019 recorded in 7Health Centers. The data was collected from 98 samples by applying the purposive sampling method. The research instrument was done by using a questionnaire. Data analysis employs univariate, bivariate analysis and chi-square test with the help of software SPSS version 21. The result showed that the social factors, namely mother's education with the p-value of 0,000 OR = 12,375 CI = 4,560-33,584, and economic factors, namely income with the p-value of 0,000 OR = 11,719 CI = 3,652 – 38,605 and environmental factors, namely waste disposal facilities with the p-value of 0,000 OR = 12,813 CI = 4,815 -34,097. Based on these result, it can be stated that social factors, especially mother's education, economic factors, especially income, and environmental factors, especially waste disposal facilities have a significant relationship with stunting occurrence in toddlers 10-59 months at the Health Centers Gorontalo Dewi SukmaNurmaningsih NurmaningsihSolatia Hairun NisaThe fundamental health research 2018 stated that the incidence of malnutrition in Indonesia is and West Nusa Tenggara is the second largest malnutrition in Indonesia, which is with the highest incidence of malnutrition in West Lombok Regency at 30%. The nutritional condition of toddlers is influenced by family care, especially mothers in terms of feeding. The awareness of nutrition has a positive relationship with behavior where mothers who have less awareness have less opportunities to behave less. This has an effect on the provision of unhealthy food, which causes malnutrition in children under five. Based on these facts, education about the importance of adequate nutrition for toddlers are very important to solve this problem. This study aims to analyze the effect of nutritional education with the emotional demonstration method on maternal behavior in feeding to underweight toddlers. This type of research is the Open-Label Non Randomized Controlled Trial Design with a Pre-Post with Control Design research design. The sample in this study amounted to 54 underweight toddlers mothers with 27 people as the treatment group and 27 people as the control group. The research location was conducted in Beleke Village, West Lombok Regency. The result is an increase in maternal behavior towards the feeding pattern of underweight toddlers. Keywords Underweight Toddlers, Behavior, Emotional-DemonstrationRusmimpong RusmimpongUli Rosita HutagaolAbstrak Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kurus pada remaja usia 13-15 tahun adalah 11,1% yang terdiri dari 3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus. Prevalensi gemuk pada remaja usia 13-15 tahun adalah 10,8% yang terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk. Berdasarkan data yang diperoleh dari MTs Swasta Muhammad Amin Rajo Tiangso Kecamatan Jangkat Timur, jumlah remaja yang mengalami status gizi kurang kurus sebanyak 20 orang 13,6 % dari jumlah siswa sebanyak 147 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober di MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso Kecamatan Jangkat Timur Tahun 2020. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa. Ada hubungan antara sikap dan persepsi serta kebiasaan makan dengan status gizi siswa di MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso Kecamatan Jangkat Timur. Sebagian besar responden memiliki status gizi normal, Sebagian besar responden memiliki persepsi positif, Sebagian besar responden memiliki sikap positif, dan Sebagian besar responden memiliki kebiasaan makan baik. Disarankan bagi MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso sebagai bahan masukan dan bahan evaluasi untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya makan makanan bergizi dan gizi seimbang pada remaja. Kata Kunci persepsi, sikap, kebiasaan makan, status gizi Abstract Basic Health Research Data Riskesdas in 2013 showed that the prevalence of underweight in adolescents aged 13-15 years was consisting of very thin and emaciated. The prevalence of obesity in adolescents aged 13-15 years is which consists of fat and very fat. Based on the data obtained from MTs Swasta Muhammad Amin Rajo Tiangso East Java Subdistrict, the number of adolescents who experience less nutritional status thin as many as 20 people of the number of students as many as 147 students. This research is an analytic research with cross sectional design. This research was conducted in October at MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso East Jangkat, 2020. The sample in this study amounted to 60 students. There is a relationship between attitude and perception and eating habits with nutritional status of students in MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso East Jangkat. Most of the respondents have normal nutritional status, Most of the respondents have positive perception, Most of the respondents have positive attitude, and Most respondents have good eating habits. It is recommended for MTs Muhammad Amin Rajo Tiangso as input material and evaluation material to conduct counseling about the importance of eating nutritious and balanced nutrition in adolescents. Keywoards perception, attitude, eating habits, nutritional statusAnna Yuliastani PomalingoMisnati MisnatiSalah satu masalah sosial yang dihadapi oleh Indonesia adalah masih rendahnya status gizi masyarakat. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan formula Pemberian Makanan Tambahan PMT pada balita yang lebih bermutu serta bernutrisi tinggi demi mengentaskan permasalahan gizi buruk-kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung ikan tuna terhadap daya terima rasa, aroma, warna, tekstur dan kandungan nilai gizi biskuit kelor. Desain pnelitian yang digunakan adalah eksperimental Semu Quasi Experimental menggunakan Rancangan Postest Only Control Group Desing. Uji tingkat kesukaan akan dilakukan pada panelis semi terlatih yaitu Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kementerian Kesehatan Gorontalo sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh penambahan tepung ikan tuna terhadap daya terima warna dan aroma biskuit kelor. Kandungan nilai gizi biskuit kelor dengan penambahan tepung ikan tuna protein tertinggi pada formula 4 penambahan tepung ikan tuna 70 gram, lemak tertinggi pada formula 1 tidak ada penambahan tepung ikan tuna dan karbohidrat tertinggi pada formula 1tidak ada penambahan tepung ikan tuna. Perlunya peningkatan daya terima warna dan aroma biskuit kelor melalui penambahan pewarna dan aroma makanan yang lebih disukai khalayak serta pengkajian formula biskuit yang bergizi melalui pencampuran bahan makanan yang MisnatiAnna Yuliastani PomalingoCilok merupakan makanan dengan bahan utama kanji. Penggunaaan bahan berupa kanji menyebabkan kandungan gizi yang dimiliki oleh bahan rendah sehingga diperlukan adanya diversifikasi. Peningkatan gizi dapat dilakukan dengan penambahan bahan-bahan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi serta sumber vitamin dan mineral misalnya ikan tuna dan wortel. Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui kandungan zat gizi dan daya terima cilok dengan subtitusi ikan tuna Thunninis dan wortel Daucus Carota.Desain penelitian yang digunakan eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan dengan menggunakan panelis untuk melihat daya terima penelitian menunjukkan bahwa kandungan protein tertinggi terdapat pada cilok dengan formula 3, lemak tertinggi pada formula 2 dan karbohidrat tertinggi pada formula 1. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna cilok dengan subtitusi ikan tuna thunninis dan wortel daucus carota tertinggi pada perlakuan 1 formula 1 dengan nilai rata-rata rasa cilok tertinggi pada perlakuan 1 formula 2 dengan nilai rata-rata aroma cilok tertinggi pada tanpa perlakuan formula 1 dengan nilai rata-rata dan tekstur cilok tertinggi pada perlakuan 1 formula 2 dengan nilai rata-rata memperhatikan proses pemasakanagar tidak mempengaruhi kandungan gizi bahan pangan dan pencampuran bahan makanan dalam upaya mempertahankan warna, rasa, aroma dan tesktur cilok yang banyak diterima Kandungan air ikan tongkol sangat tinggi, menyebabkan ikan lebih mudah membusuk. Pindang sebagai salah satu pengawetan ikan tongkol dengan metode penggaraman, masih ditemukan bakteri yang mampu hidup di lingkungan berkadar garam tinggi. Olahan menu sarden pada penelitian ini menggunakan pindang tongkol. Pengolahan pindang tongkol menjadi sarden menggunakan nitrit dan kitosan sebagai pengawet. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kandungan protein, kalsium, natrium dan daya terima pada olahan sarden pindang tongkol dengan penambahan nitrit 0,01 mg dan kitosan 1,5%; 3%. Analisis kandungan protein menggunakan metode kjeldahl, untuk analisis kandungan kalsium dan natrium menggunakan metode spektrofotometer serapan atom. Hasil yang didapatkan kandungan protein tertinggi pada kelompok kontrol sebesar 24,36%, kandungan kalsium tertinggi pada kitosan 3% sebesar 75,53 mg/kg dan kandungan natrium tertinggi pada kitosan 1,5% sebesar 2047,0 mg/kg. Hasil uji organoleptik sarden pindang tongkol pada rasa, aroma dan warna memberikan hasil terbaik pada kitosan 3% sedangkan hasil uji organoleptik tekstur memberikan hasil terbaik pada kitosan 1,5%. Oleh karena itu, sarden pindang tongkol dengan kitosan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengawet dan mengurangi penurunan nilai nutrisi. Abstract Mackerel Tuna Euthynnus affinis has a high water content, therefore getting easily to spoilage. Brine salting as a way of preserving tuna by using the salting method, even though there are some bacteria can live in salinity environment. In this study processing in making sardines is using mackerel tuna brine salting. In the process was using nitrite and chitosan as a preservative. The purpose of this study is to determine the differences in protein, calcium, sodium content and acceptability of sardines mackerel tuna brine salting with the addition of nitrite 0,01 mg and chitosan 1,5%;3%. The analysis carried out in this study was the protein content using the kjeldahl method, analysis of calcium and sodium using atomic absorption spectrophotometry method. The obtained result the highest protein content is in the control 24,36%, the highest calcium is sardines using chitosan 3% 73,53 mg/kg and the highest sodium is sardines using chitosan 1,5% 2047,0 mg/kg. The organoleptic result on taste, aroma and colour showed the best result using chitosan 3% while the texture is sardines using chitosan 1,5%. Therefore, mackerel tuna brine salting sardines with chitosan, can be used as alternative preservative and preventive on nutrition The objective of this study was to analyze the type and amount of food consumed at breakfast and its also contribution in daily nutrient intake of school children 6—12 years old. The data used for this study was the secondary data of the Basic Health Survey 2010 Riskesdas 2010 conducted by the Research and Development Agency, Ministry of Health. The data of 24-hour recall of food consumption and socio-economic were obtained from 35 000 school age children. The results of the study shows that ten most populer food consumed during breakfast are rice, scramble egg, fried tempeh, vegetable soup, fried fish, instant noodle, fried rice, stir vegetable, and fried tofu; and the five most populer beverages consumed during breakfast are drinking water, sweetened tea, milk creamer, powder milk, and tea. Nearly half of the children breakfast with low nutritional quality. Approximately and of child-ren consume only <15% RDI for energy, protein, vitamin A, iron, calcium, and fiber respectively. Based on these results and inline with one of the dietary guidelines messages – do breakfast everyday – the healthy breakfast for school children need further promoted intensively. It is suggested that the healthy breakfast should be able to fulfill 15—30% of daily nutrients requirements. Key words breakfast, RISKESDAS 2010, school children ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis jumlah dan jenis makanan dan minuman sarapan serta kontribusinya dalam asupan gizi harian anak usia sekolah 6—12 tahun. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder data konsumsi pangan yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Ke-sehatan Indonesia. Data konsumsi pangan recall 24 jam dan sosial ekonomi diperoleh dari 35 000 subjek anak usia sekolah 6—12 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sepuluh makanan yang paling favorit dikonsumsi saat sarapan adalah nasi putih, telur ceplok/dadar, tempe goreng, sayur berkuah, ikan goreng, mi instan, nasi goreng, sayuran tumis, dan tahu goreng; sedangkan lima minuman terpopuler yang dikonsumsi sebagai sarapan adalah air putih, teh manis, susu kental manis, susu instan, dan air teh. Hampir separuh anak usia sekolah sarapan dengan kualitas gizi rendah. Sekitar dan anak hanya memperoleh gizi <15% AKG dari sarapan berturut-turut untuk energi, protein, vitamin A, zat besi, kalsium, dan serat. Berdasarkan hasil tersebut dan juga sejalan dengan salah satu isi Pesan Dasar Umum Gizi Seimbang PUGS, yaitu “Sarapan setiap hari”, maka promosi mengenai kebiasaan sarapan sehat bagi anak usia sekolah perlu dilakukan lebih intensif dan berkelanjutan. Selain itu disarankan pula bahwa sarapan yang sehat sebaiknya mampu memenuhi sekitar 15—30% AKG. Kata kunci anak usia sekolah, RISKESDAS 2010, sarapan
AsupanGizi paling besar yang diperlukan seorang pelajar adalah Karbohidrat 4. Air minum yang sehat adalah air minum yang secara fisis harus memenuhi syarat tidak tercium bau 5. Dibandingkan makanan yang diawetkan, makanan segar lebih banyak manfaatnya bagi kesehatan tubuh karena makanan yang segar dapat mencegah berbagai macam penyakit 6
Inilah asupan gizi yang diperlukan seorang pelajar paling besar adalah dan ulasan lain yang masih berkaitan dengan topik asupan gizi yang diperlukan seorang pelajar paling besar adalah untuk yang mencari tahu tentang asupan gizi yang diperlukan seorang pelajar paling besar adalah bisa membaca artikel berikut ini dengan seksama. Semoga bermanfaat.…gizi yang diperlukan anak agar anak terhindar dari kekurangan gizi. Selain harus mengerti mengenai gizi yang baik itu seperi apa, orang tua harus mengerti tentang bagaimana gejala jika anak kurang……dan membantu asupan gizi yang tinggi bagi pertumbuhan janin yang sehat selama dalam kandungan. Bayi Membantu perkembangan otak bayi, karena setiap harinya otak terus berkembang sampai dengan usia 5……antara ketiga faktor tersebut yang berperan lebih besar. Faktor genetik merupakan potensi dasar dalam perkembangan kecerdasan tetapi faktor ini bukan yang terpenting. Faktor gizi. Ternyata faktor gizi juga berpengaruh sangat……adalah melalui pola asuh makan. Kesehatan bayi sangat ditunjang dari makanan yang menjadi asupan bagi bayi. Oleh karena itu, setiap ibu hendaklah memperhatikan makanan yang menjadi sumber nutrisi bayi. Salah……wanita yang memiliki mutasi gen homozigot tersebut mengalami invasi trofoblas abnormal. Kelebihan atau Kekurangan Gizi Selama ini kelebihan atau kekurangan gizi telah disalahkan sebagai penyebab eklampsia selama bertahun-tahun. Saat itu,……dengan pola hidup sehat, menjaga kebersihan tubuh, dan menjaga sanitasi lingkungan. Selain itu asupan nutrisi untuk bayi juga perlu diperhatikan seorang ibu, karena bayi kurang gizi sangat rentan terkena cacingan….Periode masa kehamilan merupakan masa penting di mana seorang wanita atau calon ibu bisa memberikan gizi yang terbaik bagi janinnya. Maka dari itu, seorang wanita hamil dituntut untuk mengkonsumsi makanan……kehamilan, tentunya kebutuhan nutrisi ibu hamil meningkat dan berbeda dengan keadaan normal. Karena sang calon bayi pun banyak membutuhkan akan asupan nutrisi dan gizi untuk pertumbuhan dalam kandungannya. Agar sang……kondisi fisik ibu hamil tidak prima, maka proses melahirkan akan menjadikan sebuah proses yang melelahkan dan menyakitkan. Guna membentuk kondisi ibu hamil yang prima saat melahirkan, adalah diperlukannya asupan energi…Banyak hal yang mempengaruhi kesehatan bayi. Selain konsumsi makanan dan minuman yang penuh nutrisi yang baik akan perkembangan gizi, istirahat, dan cukup mendapatkan kasih sayang, bayi juga membutuhkan imunisasi yang……terhadap penyakit yang melemahkan seperti penyakit Alzheimer, beberapa jenis kanker serta stroke. Kurang asupan asam folat dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, seperti ulserasi dalam peradangan, tukak lambung dan diare kronis….…Sufor di berikan secara tepat, mulai dari takaran tidak terlalu encer atau pekat, jumlah sesuai kebutuhan sehingga anak tidak kegemukan atau kekurangan gizi, hingga teknis kombinasinya dengan makanan lain jangan…Piramida makanan merupakan perencanaan pola makan dengan gizi seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Prinsip penyajian makanan berdasarkan piramida makanan memenuhi beberapa prinsip, yaitu gizi seimbang sesuai dengan umur, aktifitas,……Lahir Mati Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil….…dari pengikatan dan pengantaran oksigen melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah, untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mh/hari terutama…
GcVKt1. g663exrxpk.pages.dev/598g663exrxpk.pages.dev/650g663exrxpk.pages.dev/295g663exrxpk.pages.dev/681g663exrxpk.pages.dev/577g663exrxpk.pages.dev/231g663exrxpk.pages.dev/11g663exrxpk.pages.dev/301g663exrxpk.pages.dev/789g663exrxpk.pages.dev/508g663exrxpk.pages.dev/467g663exrxpk.pages.dev/398g663exrxpk.pages.dev/834g663exrxpk.pages.dev/20g663exrxpk.pages.dev/770
asupan gizi paling besar yang diperlukan seorang pelajar adalah