This study aims to reveal the character of one of the main characters, Honami in the Holy Mother novel. The data source in this study is the Holy Mother novel wrote by Japanese author Akiyoshi Rikako,which has been published in Indonesia in 2016. The technique used for data collection in this study is library techniques. The method usedin conducting this research was the psychoanalysis method which was first put forward by Sigmund Freud. The results showed that based on psychoanalytic studies, the main character of the novel,a woman namedHonami, showed that the Id aspectinfluences all of herthoughts and actions. This was triggered by various events, namely herown misfortune which had many miscarriages and had a disease that made it difficult for herto get pregnant, and Kaoru's existence that changed herlife to became more meaningful. The emergence of fear and concern for her daughter because of the successive killings that struck a small child in the city where she lived, making her falsify and obscure the fact that Makoto, wascommitted murder to protect her daughter. The results also showed thatthe personality of the main character, Honami, is dominated by an element of the Egopersonality that defeats the Superego. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JAPANEDU Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol. 04, No. 01, June 2019, pp. 07-15 7 Page e- ISSN 2528-5548 This study aims to reveal the character of one of the main characters, Honami in the Holy Mother novel. The data source in this study is the Holy Mother novel wrote by Japanese author Akiyoshi Rikako, which has been published in Indonesia in 2016. The technique used for data collection in this study is library techniques. The method used in conducting this research was the psychoanalysis method which was first put forward by Sigmund Freud. The results showed that based on psychoanalytic studies, the main character of the novel, a woman named Honami, showed that the Id aspect influences all of her thoughts and actions. This was triggered by various events, namely her own misfortune which had many miscarriages and had a disease that made it difficult for her to get pregnant, and Kaoru's existence that changed her life to became more meaningful. The emergence of fear and concern for her daughter because of the successive killings that struck a small child in the city where she lived, making her falsify and obscure the fact that Makoto, was committed murder to protect her daughter. The results also showed that the personality of the main character, Honami, is dominated by an element of the Ego personality that defeats the Superego. Ego; Id; Literature; Psychoanalysis; Superego First received 17 April 2019 Final proof accepted 27 June 2019 Available online 28 June 2019 PENDAHULUAN Sastra adalah sebuah karya seni manusia yang pada hakikatnya adalah gambaran kehidupan masyarakat yang sesungguhnya. Sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk memaparkan realita kehidupan masyarakat dalam segala sisinya, baik maupun buruk. Menurut Nurhayati, karya sastra menampilkan potret kehidupan masyarakat yang menyangkut persoalan sosial yang terjadi, dimana tampilan yang disuguhkan kepada masyarakat tersebut telah mengalami pengendapan secara intensif dalam ruang imajinasi sang pengarang. Hasil endapan yang berkolaborasi dengan imajinasi itulah yang kemudian terlahir dalam Honami's Personality Aspects A Study on Freud's Psychoanalysis of the Main Figures in Holy Mother's Novel by Akiyoshi Rikako Andi Irma Sarjani1, Zuriyati2 and Siti Gomo Attas2 1Universitas Darma Persada, Jakarta, Indonesia 2Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Indonesia JAPANEDU Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Andi Irma Sarjani, Zuriyati, Siti Gomo Attas, Honami's Personality Aspects -The Study of Freud's Psychoanalysis of the Main Figures in Holy Mother's Novel by Akiyoshi Rikako- 8 Page e- ISSN 2528-5548 bentuk karya sastra Nurhayati, 2008. Pendapat serupa diutarakan oleh Jabrohim, yang menyatakan bahwa karya sastra pada hakikatnya adalah sebuah hasil aktivitas manusia dalam kehidupan bermasyarakat dengan segala warna-warni persoalan kehidupan. Jabrohim juga menambahkan bahwa sastra adalah suatu hasil ciptaan manusia yang di dalamnya terdapat berbagai ekspresi kehidupan berupa pikiran, gagasan, pemahaman, juga tanggapan perasaan penulis tentang kehidupan bermasyarakat yang dituangkan dengan bahasa yang imajinatif dan bersifat emosional Jabrohim, 1986 dalam Setianingrum, 2008. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa karya sastra dapat digali melalui aspek-aspek kejiwaan seseorang. Aspek-aspek kejiwaan sendiri dapat dipahami dengan mempelajari ilmu psikologi, karena psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejiwaan. Ideologi, pemikiran, tingkah laku, dan aktifitas manusia pada dasarnya adalah cerminan dari aspek kejiwaan manusia, yang akan tergambar melalui karya sastra. Pengarang akan menggambarkan potret pahit manis realita kehidupan yang terjadi atau dialaminya secara langsung melalui suatu karya sastra. Sehingga, karya sastra bisa dihayati karena ia merupakan suatu karya imajinatif pengarangnya yang terkait langsung dengan kenyataan yang terjadi. Karena alasan inilah, Ambarini menyatakan bahwa diperlukan pendekatan atau metode tertentu dalam rangka memahami karya sastra Ambarini, 2008. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wiyatmi juga menjabarkan bahwa perkembangan kajian sastra yang bersifat interdisipliner telah menyandingkan sastra dengan beberapa disiplin ilmu yang lain, diantaranya adalah ilmu psikologi Sudikan, 2015, dan bahkan ilmu sejarah Felman & Laub, 1992. Pertemuan kedua ilmu tersebut akhirnya melahirkan pendekatan dalam kajian sastra antara lain psikologi sastra. Disamping itu pertemuan kedua ilmu juga melahirkan berbagai kerangka teori yang dikembangkan dari hubungan antara sastra dengan berbagai disiplin ilmu tersebut, diantaranya adalah psikoanalisis atau psikologi sastra, psikologi pengarang, dan psikologi pembaca Wiyatmi, 2011. Berbicara mengenai psikologi, pengertiannya diuraikan oleh Fitriyah & Jauhar 2004 dalam Sembiring, Herlina., & Attas, 2018, dimana dikatakan bahwa psikologi merupakan sebuah bidang ilmu pegetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari perilaku dan fungsi mental secara ilmiah. Berdasarkan pengertian tersebut, maka psikologi diterjemahkan sebagai ilmu pengetahuan tentang kejiwaan. Dalam ilmu jiwa terkandung ideologi dan pemikiran, sedangkan pada ilmu psikologi dikupas dan diteliti mengenai jiwa seseorang dengan menggunakan analisis yang berbasis pendekatan ilmiah. Oleh karena itu kejiwaan seseorang yang dipelajari dalam bidang psikologi berkaitan erat dengan tipe kepribadian. Dalam kaitannya dengan sastra, sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa dalam kajian sastra ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan untuk memahami suatu karya sastra. Pendekatan tersebut bukan terbatas pada aspek sastra secara substantif saja, tetapi juga pada aspek lain yaitu aspek psikoanalisis Wiyatmi, 2011. Sasaran yang dituju pada konsep psikoanalisis adalah manusia dengan segala kepribadian dan sifat-sifatnya. Adapun konsep psikoanalisis tersebut pertama kali diutarakan oleh Sigmund Freud 1856-1939. Bertens 2006 dalam Wiyatmi, 2011 menjabarkan bahwa Freud dilahirkan pada 6 Mei 1856 di sebuah kota bernama Freiberg, Moeavia, Cekoslovakia. Freud sendiri merupakan keturunan Yahudi. Pada usia 4 tahun, keluarga Freud pindah ke Wina, Austria dan kemudian ia menetap disana sampai usia senjanya yaitu pada umur 82 tahun. Latar belakang ilmu yang digelutinya adalah ilmu kedokteran yang dipelajari Freud saat ia menuntut ilmu di Universitas Wina. Freud kemudian berhasil menjadi dokter di sebuah rumah sakit umum di kota Wina, dimana ia bekerja di laboratorium seorang ahli bidang fisiologi yaitu Profesor Bruecke. Teori psikoanalisis sendiri pertama kali dikemukakan oleh Freud pada tahun 1895. Teori tersebut didapatnya berdasarkan hasil analisis terhadap pengobatan yang ia lakukan terhadap pasien-pasiennya dan juga analisis terhadap keadaan dirinya sendiri Wiyatmi, 2011. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa Psikoanalisis bukan merupakan ilmu jiwa dalam arti keseluruhan, namun hanya merupakan bagian dari ilmu jiwa itu sendiri. Freud kemudian mengemukakan bahwa psikoanalisis adalah sebuah teori yang berkaitan erat dengan kepribadian Bertens dalam Freud, 1987 dalam Ambarini, 2008. Menurut Freud, bagian terbesar dalam pikiran seseorang adalah alam bawah sadar, dimana bagian ini meliputi sesuatu yang dirasakan sulit JAPANEDU Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol. 04, No. 01, June 2019, pp. 07-15 9 Page e- ISSN 2528-5548 untuk diarahkan menuju alam sadar. Nafsu manusia dan juga insting yang dimilikinya berasal dari alam bawah sadar. Selain itu kenangan dan sesuatu yang bersifat traumatik menurut Freud juga berasal dari alam bawah sadar. Freud juga menegaskan bahwa hasrat seks dan keinginan alami seperti makan dan minum, kemudian juga kreativitas seperti menghasilkan sebuah karya sebenarnya didorong oleh alam bawah sadar Ahmad, 2011. Wiyatmi secara rinci menjelaskan bahwa beberapa konsep dasar teori Freud meliputi kesadaran dan ketidaksadaran, dimana keduanya merupakan aspek dari kepribadian manusia. Selain itu insting dan kecemasan juga merupakan cakupan dari wilayah kesadaran dan ketidaksadaran ini. Menurut Freud dalam Walgito, 2004 dalam Wiyatmi, 2011, kesadaran dan ketidaksadaran merupakan bagian dari kehidupan psikis. Perumpamaannya adalah, sesuatu yang berada di puncak gunung yang terlihat dari manapun adalah bagian kesadaran yang merupakan sebagian kecil dari kepribadian, dan perumpamaan sesuatu yang berada di bawah permukaan air merupakan bagian ketidaksadaran dimana terdapat di dalamnya insting-insting yang mendorong segala tingkah laku dan perbuatan manusia. Dalam perkembangannya, Freud kemudian mencanangkan 3 buah konsep dalam teori psikoanalisisnya yaitu konsep id, ego, dan superego yang kesemuanya merupakan bagian dari struktur kepribadian Wiyatmi, 2011. Konsep Id berhubungan erat dengan alam bawah sadar atau disebut juga ketidaksadaran, yang dikenal juga sebagai bagian primitif dari sebuah kepribadian. Id meliputi hasrat seksual dan juga insting agresif. Dalam Id, dibutuhkan pemenuhan hasrat secepatnya tanpa memperdulikan lingkungan realitas secara akal sehat. Ini disebut Freud sebagai suatu prinsip kenikmatan. Pada konsep Ego, seseorang sadar akan realitas yang ada sehingga Freud menamakannya sebagai suatu prinsip realitas. Disini dapat dipahami bahwa di dalam konsep Ego ada penyesuaian diri dengan realitas yang ada Selanjutnya adalah konsep Superego, dimana dalam konsep ini terdapat kontrol atau pengendalian diri untuk mempertimbangkan mana saja perilaku yang boleh dilakukan, dan mana saja perilaku yang tidak boleh untuk dilakukan. Freud menamakan konsep Superego ini sebagai prinsip moral. Konsep Superego diketahui berkembang pada masa anak-anak, dimana banyak peraturan dan prinsip-prinsip yang diberlakukan oleh orang tua di dalam keluarga, dimana bila melaksakan peraturan tersebut akan mendapat hadiah/reward dan bila melanggar akan diberikan hukuman/punishment. Dapat dipahami bahwa semasa kecil, perbuatan anak adalah di bawah pengawasan dan kontrol orang tuanya, tetapi seiring perkembangan kedewasaannya dimana telah terbentuk superego, maka kontrol bukan lagi berasal dari orang tua namun bersumber dari superegonya sendiri Walgito, 2004 dalam Wiyatmi, 2011. Freud Walgito, 2004 dalam Wiyatmi, 2011 kemudian membagi insting ke dalam dua jenis yaitu insting untuk hidup dan juga insting untuk mati. Yang dimaksud dengan insting untuk hidup adalah meliputi rasa lapar, haus, dan juga hasrat seks. Freud menjelaskan bahwa insting untuk hidup ini adalah kekuatan yang bersifat kreatif, dimana kekuatan ini disebut juga dengan istilah libido. Sedangkan insting untuk mati menurut Freud adalah kekuatan yang bersifat destruktif. Insting untuk mati ini dapat dilakukan untuk diri sendiri seperti menyakiti dan melukai diri sampai berujung pada tindakan bunuh diri, selain itu insting untuk mati ini dapat ditujukan ke luar sebagai suatu bentuk agresi atau penyerangan. Dalam Walgito, 2004 dalam Wiyatmi, 2011 Freud mendeskripsikan tiga jenis kecemasan yang ia sebut sebagai kecemasan objektif, kecemasan neuretik, dan kecemasan moral. Freud menyatakan bahwa asal mula munculnya kecemasan objektif berasal dari ketakutan akan bahaya yang benar-benar nyata. Kemudian, kecemasan neuretik adalah rasa ketakutan menerima hukuman atas ekspresi keinginan yang impulsif, yaitu keinginan yang bisa cepat berubah-ubah dan bersifat irrasional. Sedangkan kecemasan moral akan muncul saat seseorang melanggar peraturan atau norma-norma moral yang berlaku dalam masyarakat. Dalam novel Holy Mother 聖母 ini, bentuk kecemasan pada tokoh utama Honami adalah kecemasan objektif, dimana Honami mengalami ketakutan akan berbagai masalah yang benar-benar nyata terjadi dalam kehidupannya, khususnya segala masalah yang terkait dengan psikologis diri dan anaknya. Inilah yang mendorong penulis untuk memilih novel Holy Mother 聖母 karya Akiyoshi Rikako sebagai topik penelitian ini. Karena sebagaimana diketahui bahwa karya sastra adalah suatu pengungkapan kehidupan nyata yang dialami atau dilihat oleh pengarang dan kemudian Andi Irma Sarjani, Zuriyati, Siti Gomo Attas, Honami's Personality Aspects -The Study of Freud's Psychoanalysis of the Main Figures in Holy Mother's Novel by Akiyoshi Rikako- 10 Page e- ISSN 2528-5548 diendapkan dan diekspresikan secara imajinatif dalam bentuk verbal, dan tujuan kajian psikologi sastra adalah untuk dapat mengerti apa saja aspek-aspek kejiwaan yang terdapat pada sebuah karya tersebut Hudson, 1961 dalam Ambarini, 2008. Kita ketahui bahwa dalam melakukan analisis terhadap kajian psikologi sastra maka analisis tersebut tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan masyarakat. Secara tidak langsung, melalui karya sastra kita dapat memahami masayarakat berikut segala aspek yang berkaitan dengannya. Karena dengan melalui pemahama n terhadap tokoh-tokohnya, masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat. Holy Mother 聖母 sendiri merupakan salah satu novel Akiyoshi Rikako yang terkenal akan karya novel pertamanya, Girls in The Dark, yang telah diterbitkan tahun 2014 lalu dan kini menjadi best seller. Karya keduanya adalah The Dead Returns dan yang ketiga adalah Holy Mother 聖母 yang diterbitkan di Indonesia pada tahun 2016. Mengingat Akiyoshi Rikako, yang terbayang pertama kali adalah kelihaiannya dalam mengelola cerita, sehingga mampu membawa pembaca "terseret" ke dalam alur cerita, kemudian pembaca tiba-tiba akan dikagetkan dengan akhir cerita yang mencengangkan dan tak terduga. Hampir sama dengan novel Akiyoshi Rikako yang lain, novel Holy Mother 聖母 berjenre misteri dan kriminal. Holy Mother 聖母 ini adalah novel berkategori dewasa, mengingat vulgarnya penjelasan pembunuhan yang diceritakan secara detail. Namun, penjelasan bagaimana Honami menjalani perawatan kedokteran agar ia bisa mengandung dijelaskan dengan teliti dan hati-hati, sehingga hal ini menjadi daya tarik tersendiri pada novel Holy Mother 聖母 ini. Perjuangan Honami yang dituturkan secara runut dan jelas dalam menahan pedih dan rasa sakit di setiap perjuangannya kala berusaha mengandung menjadikan pembaca turut prihatin dan simpati. Keunggulan novel ini ada pada beberapa info dan ilmu yang dibagikan. Seperti tentang perawatan kemandulan yang dialami Honami, penjelasan tentang senyawa kimia dan beberapa istilah-istilah kedokteran, dan juga mengenai analisis kriminal sehingga banyak hal-hal baru yang dapat diketahui dengan membaca novel ini. Adapun penelitian sebelumnya mengenai novel Holy Mother 聖母 ini telah dilakukan oleh Kartika 2017, Puteri 2017, maupun Lestari 2017. Ketiga penelitian tersebut memiliki kesamaan dimana penelitian yang dilakukan hanya berfokus pada tokoh Tanaka Makoto yang dibahas dengan teori PTSD post traumatic stress disorder dan konsep naluri kematian. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini penulis menitikberatkan pada tokoh Honami dan analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis dari Sigmund Freud. ALUR CERITA NOVEL HOLY MOTHER 聖母 Novel Holy Mother 聖母 diawali dengan kejadian pembunuhan di kota Aiide, Tokyo, dimana ditemukan mayat seorang anak laki-laki berumur 4 tahun di tepi sungai dalam kondisi telanjang dan alat kelaminnya terpotong. Setelah kejadian tersebut, warga mulai waspada dan bekerja sama melakukan pengawasan di lingkungan mereka. Polisi dan detektif pun segera bekerjasama melakukan penyelidikan. Kota Aiide seketika berubah menjadi kota yang kelam, dipenuhi dengan rasa ketakutan dan kecemasan masyarakatnya. Para orang tua memberikan pengawasan yang lebih ketat terhadap keselamatan anak-anaknya. Di sisi lain masih ada kecemasan yang tinggi karena pembunuhnya belum ditemukan identitasnya sehingga masih ada kemungkinan akan bermunculan korban berikutnya. Cerita novel ini juga diawali dengan kisah seorang Ibu bernama Honami 46 yang tinggal di kota Aiide tersebut bersama putrinya bernama Kaoru 4. Karena perjuangannya yang sulit untuk mendapatkan keturunan, Honami menjadi sangat protektif terhadap keselamatan anaknya. Pengalaman kemandulan dan segala usaha untuk mendapatkan keturunan membuat Honami amat menyayangi Kaoru, seorang anak perempuan semata wayangnya. Sejak dahulu, keinginan terbesar Honami adalah memiliki keturunan. Namun fakta berbicara lain, karena riwayat penyakit yang dideritanya maka dia harus menempuh berbagai cara hingga akhirnya Honami berhasil melahirkan putrinya tersebut. Dengan kejadian pembunuhan terhadap anak kecil di kota Aiide tersebut menjadikan Honami bertekad untuk melindungi putrinya yang sangat ia cintai. Honami akan melakukan apa saja JAPANEDU Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol. 04, No. 01, June 2019, pp. 07-15 11 Page e- ISSN 2528-5548 karena Kaoru yang ia dapatkan dengan susah payah bisa jadi menjadi target pembunuhan berikutnya. Kejadian berubah menjadi semakin menakutkan saat ditemukan kembali korban pembunuhan, yaitu mayat anak laki-laki yang kemudian diketahui bernama Satoshi di reruntuhan rumah sakit yang tidak terpakai. Mayat anak laki-laki tersebut ditemukan dengan kondisi yang sama dengan pembunuhan yang pertama, yaitu mayat ditemukan dalam keadaan telanjang dan alat kelamin yang telah terpotong, serupa seperti kejadian pertama. Polisi pun turun tangan untuk memecahkan kasus ini, bekerjasama dengan tim detektif yang bernama Sakaguchi dan Tanizaki. Novel ini juga mengisahkan Tanaka Makoto, seorang pelatih Kendo yang masih duduk di bangku SMA. Makoto digambarkan sebagai anak yang memiliki wajah rupawan, pembawaannya berwibawa namun ia tidak terlalu suka menjalin hubungan dengan orang lain. Beberapa orang yang menyatakan jatuh cinta kepada Makoto langsung ditolaknya dengan tegas. Sebagai pelatih kendo, Makoto sangat menyayangi dan menjaga anak-anak dan ia dia paling tidak suka jika ada yang mengganggu atau melukai mereka. Digambarkan kemudian bahwa Tanaka Makoto ini sebenarnya adalah anak semata wayang Honami, dan Kaoru adalah anak Makoto akibat perkosaan yang dialami Makoto saat berumur 13 tahun. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif sebagai metode penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan dan data diperoleh dari novel Holy Mother 聖母. Metode/pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dengan menggunakan teori Psikoanalisis Freud. Data yang diperoleh diidentifikasi, dikaji, dan dideskripsikan untuk mengetahui hubungan unsur-unsur pembangun cerita dalam novel. HASIL DAN PEMBAHASAN Honami mengalami kelainan yang membuatnya kesulitan untuk memiliki seorang anak. Setelah menikah, Honami baru mengetahui bahwa ia mengidap sebuah penyakit yang membuatnya susah mendapatkan keturunan. Ia dan suaminya telah menghabiskan uang dan melakukan segala cara agar mereka bisa memiliki keturunan, mulai dari menjalani perawatan kemandulan sampai berbagai metode inseminasi buatan. Berdasarkan pemeriksaan USG dan tes darah, akhirnya dia divonis menderita sindrom ovarium polkistik. Normalnya, di dalam indung telur ada banyak sel telur. Biasanya dalam satu bulan, folikel yang membungkus sel telur itu akan matang dan pecah, mengeluarkan sel telur itu ke tuba fallopii untuk dibuahi. Namun penderita penyakit ini memiliki banyak folikel, dan meskipun sudah mencapai besar tertentu, prosesnya akan berhenti di situ dan sel telurnya tidak keluar untuk ovulasi. Honami juga sempat melihat hasil USG. Pada indung telurnya, terlihat banyak sekali bulatan yang berjajar. Saat dia berfikir bahwa bentuknya seperti kalung mutiara, ternyata memang benar-benar disebut pearl necklace sign. Holy Mother 聖母, Berkali-kali gagal hamil dan keguguran, akhirnya Honami berhasil mengandung. Benar-benar merupakan sebuah perjuangan panjang dan melelahkan hingga akhirnya Honami bisa dinyatakan mengandung dan kemudian dapat melahirkan seorang anak perempuan. Kehadiran seorang anak yang sudah bertahun-tahun ditunggu dengan perjuangan berat, akhirnya dapat merubah kehidupan Honami. Berkat anak gadisnya, suasana keluarganya-yang tadinya terasa dingin-dan hubungannya dengan mertua pun jadi membaik. Kelahiran anak perempuan mengubah kehidupan Honami seluruhnya. Masa lalunya pedih gara-gara perawatan kemandulan yang menyakitkan. Oleh karena itu, kehadiran Kaoru sangat berharga. Merupakan sebuah mukjizat untuk memiliki Kaoru di usianya yang empat puluh tahunan. Holy Mother 聖母, hal. 10 Namun suatu hari, di kota Aiide yang tenang, terjadi sebuah kasus yang menggemparkan dimana terdapat anak laki-laki yang ditemukan dalam keadaan sudah tak bernyawa lagi. Ia dihabisi dengan cara keji dan brutal, dimana anak itu mengalami kekerasan seksual setelah direnggut nyawanya. Mengetahui hal tersebut, Andi Irma Sarjani, Zuriyati, Siti Gomo Attas, Honami's Personality Aspects -The Study of Freud's Psychoanalysis of the Main Figures in Holy Mother's Novel by Akiyoshi Rikako- 12 Page e- ISSN 2528-5548 tentu saja Honami menjadi sangat ketakutan dan mengkhawatirkan keselamatan putrinya itu. Ia tidak bisa diam saja saat ada pembunuh kejam berkeliaran di sekitarnya, dan tentu saja dapat mengancam keselamatan putrinya. Tanpa bantuan polisi atau detektif sekalipun, Honami bersumpah untuk melindungi anaknya itu dengan segala kemampuan yang ia miliki, walaupun hanya dilakukannya seorang diri. Tiba-tiba dia merasa tertekan hanya dengan melihat lokasi pembunuhan di acara berita. Dia harus bisa melindungi putrinya dengan tangannya sendiri. Holy Mother 聖母, Yang bisa melindungi senyumnya, hanya aku sendiri. Holy Mother 聖母, Honami pun bertekad melakukan investigasi terhadap seorang laki-laki yang ia yakini sebagai pelaku kejahatan. Ia ingin melakukan sendiri investigasi tersebut karena apa yang ia sampaikan kepada polisi tidak dihiraukan dan dianggap hanya angin lalu oleh pihak kepolisian. “Saya tahu dengan pasti. Pria itu penjahatnya. Tidak salah lagi. Jika pihak Anda tidak menangkapnya, akan muncul lagi korbannya. Saya mohon. Tangkap dia.” 「Saya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi tentang hal ini lebih dari ini. Saya mohon maaf」Setelah kata-kata maaf yang sopan itu, teleponnya terputus. Sembari melongo Honami menjauhkan smartphonenya dari telinga. Pria itu tidak ditangkap? Honami terpuruk di sofa. “Padahal pria itu pasti orang jahat…” sambil bergumam seperti itu seorang diri, Honami menggigiti kuku jempolnya. Kukunya terkikis dengan bentuk yang aneh. Namun Honami tetap menggigitnya sampai rasa sakit yang sangat pun menyerang jempolnya. Kukunya nyaris terkelupas, dan mengeluarkan darah. Akhirnya wanita itu sadar dan kemudian menghembuskan nafas. Polisi…tidak bisa diandalkan. Holy Mother 聖母, hal. 137 Kemauannya yang keras untuk melindungi anaknya membuat ia akan melakukan apapun meski harus dilakukan sendirian. Hal ini dilakukan Honami karena ia sangat mencintai Kaoru dan rela melakukan apa saja demi keselamatan anaknya. Honami pernah mengalami kesulitan dalam proses kehamilannya. Ia mengalami tiga kali keguguran karena kondisi rahimnya. Honami bersumpah bahwa dia akan melindungi anaknya dengan cara apapun. Dia bertekad untuk menjaga anak ini sebagai miliknya yang paling berharga. Dia bertekad untuk memberikan seluruh hidupnya. Karena ank ini akhirnya…akhirnya datang dalam kehidupannya. Hari tiu, Honami bersumpah. Karena itu, Honami berbisik dalam hatinya sambil memasuki apartemen, karena itu aku harus melindungi anak gadisku. Tidak peduli apapun caranya. Holy Mother 聖母, hal. 235 Kecintaan Honami terhadap anaknya terlihat saat ia rela berkorban untuk mengurus bayi kecil bernama Kaoru yang ternyata bukan anaknya namun adalah anak dari Makoto. Ia harus memprioritaskan diri untuk menjaga seorang anak berumur tiga tahun walaupun pekerjaan yang bisa dikerjakan dari rumah sangatlah terbatas. Yang memberi bayi itu nama Kaoru adalah ibunya. Ibunya juga yang mengurus segala macam hal untuk sang bayi dan Makoto, seperti menyerahkan laporan kelahiran dan administrasi adopsi anak. Kaoru yang masuk dalam kartu keluarga kedua orang tuanya tercatat bukan sebagai anak angkat’ melainkan anak’, di dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak juga tertulis orang tua Kaoru adalah ayah dan ibu Makoto, setelah mereka menceritakan kepada yang berwajib. Holy Mother 聖母, hal. 265 Honami pula yang berjuang meyakinkan Makoto agar bersedia melahirkan anak yang dikandungnya, walaupun Makoto merasa jijik karena janin yang dikandungnya adalah akibat perkosaan yang dialaminya. Dengan sabar dan bijak, Honami memberi pengertian kepada Makoto. “Lagipula Makoto, mengandung dan berhasil melahirkan anak bukanlah hal yang bisa terjadi sehari-hari. Ibu pernah bercerita kepadamu, kan? Sebenarnya kau memiliki tiga orang kakak. Tetapi ibu tidak bisa melahirkan mereka semua. Ibu tidak pernah tidak memikirkan wajah mereka setiap hari. Ibu ingin sekali melihat wajah-wajah mereka. Ibu ingin hidup gembira dengan kalian. Karena anak ini harus lahir, anak ini datang kepadamu. Mungkin ini tanda bahwa kakak-kakakmu kembali. Dia sedang berjuang sekuat tenaga untuk bisa terlahir suatu hari nanti, lho”, Ibunya berkata-kata sambil menahan JAPANEDU Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol. 04, No. 01, June 2019, pp. 07-15 13 Page e- ISSN 2528-5548 air matanya. Mungkin ibunya pun mengenang kembali saat-saat itu. Holy Mother 聖母, Karena terpanggil akan insting seorang ibu yang ingin melindungi anaknya, Honami melakukan penyelidikan sendiri untuk mencari tahu siapa yang melakukan kejahatan di kota Aiide terhadap kasus pembunuhan beruntun yang menimpa anak-anak kecil di bawah umur. Ia menyelinap masuk ke dalam apartemen seoarng laki-laki yang gerak-geriknya mencurigakan. Honami mengambil album dan membukanya. Halaman albumnya bisa ditambahkan, dan setiap halamannya terdiri dari dua foto dengan ukuran standar. Pada foto yang mana pun, ada anak perempuan di dalamnya. Anak-anak itu tidak berpose untuk difoto, tapi mereka sedang berjalan-jalan atau berbelanja. Pasti mereka tidak sadar bahwa mereka sedang difoto. Mungkin mereka masih sekolah menengah; ada yang memakai seragam, ada juga yang memakai pakaian pribadi, ada bermacam-macam. Ada juga foto menjijikkan di mana celana gadis-gadis itu nyaris kelihatan dari balik rok. Pasti ini hasil cetak foto kamera digital yang pria itu cetak sendiri di rumah Holy Mother 聖母, Honami yang bermaksud melindungi Makoto dari jejak pembunuhan yang dilakukannya, bertindak secara sembunyi-sembunyi dengan perencanaan yang sangat matang. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, bahkan oleh Makoto sendiri. Inilah bukti perjuangan Honami yang rela melakukan apapun bahkan sesuatu yang mengerikan demi menghapus jejak kriminal yang dilakukan anaknya. Tindakan Honami ini secara sadar dia lakukan, sehingga bila dikaitkan dengan teori psikoanalisis Freud, dapat dikatakan inilah tindakan ego Honami yang ia lakukan tanpa memperdulikan Superego atau nilai-nilai moral dan kebenaran. “Kali ini Jari-jari Dipotong Kasus Pembunuhan Anak Berantai Kota Aiide”, Apa ini...? Dengan jemarinya yang gemetaran, Makoto menyentuh layar smartphone di salah satu judul. Layarnya menampilkan artikel beritanya. Korban kedua yang bernama Sanbongi Satoshi 5 ditemukan sudah menjadi mayat di bekas Rumah Sakit Shirota yang berada di dalam kota. Kepolisian melanjutkan penyelidikan dengan asumsi bahwa pelakunya sama dengan pelaku pembunuhan Yaguchi Yukio. Mayat korban telanjang bulat dan ada bekas luka penyiksaan, selain itu, kemaluan dan kesepuluh jarinya dipotong. Jari-jarinya dipotong. Artinya, tidak mungkin polisi menemukan bekas kulit dan darah Makoto dari jemari tersebut. Tiba-tiba ketegangan tubuhnya terlepas, dan dia menyandarkan tubuhnya pada bangku. Syukurlah. Kali ini pun dia berhasil lolos. Namun, tentu saja pertanyaan itu muncul. Sebenarnya... siapa? Holy Mother 聖母, Karakter Honami merupakan seorang ibu yang rela menjadi iblis untuk melindungi putrinya dari kecemasan dan trauma perkosaan yang dialami anak semata wayangnya, Makoto. Seorang ibu yang rela melakukan apa saja, agar putrinya bisa kembali tersenyum menatap dunia. Ini pun akhirnya disadari oleh Makoto, bahwa Ibunya, Honami lah yang menghapus semua jejak pembunuhan yang ia lakukan, dan Honami lah yang membunuh Tateshina Hideki si pelaku perkosaan tehadap Makoto saat ia berusia 13 tahun. Honami membuat semua bukti pembunuhan ada di apartemen Tateshina Hideki, seolah-olah Tateshina adalah pelaku pembunuhan anak-anak kecil tersebut dan kemudian bunuh diri untuk menebus dosanya. Honami “Tapi sudah tidak apa-apa. Laki-laki itu katanya sudah mati. Bunuh diri, katanya.” Ucap Honami. Makoto “Bunuh diri...?" Suara Makoto gemetaran. Honami"Iya. Tentu saja untuk menebus dosanya. Di kamarnya ditemukan foto mayat dua orang anak laki-laki dan bagian tubuhnya. Dia memakan sendiri buah perbuatannya." Foto? Bagian tubuh? Sebenanya, apa maksudnya? Jangan-jangan kunci lacinya.... Honami"Sebenarnya, ibu pernah menelepon dan melaporkan kesaksian. Hebat, kan? Jadi detektif tadi datang untuk mendengar kesaksiannya dengan rinci." Ujar ibunya dengan bangga seolah dia sudah melakukan hal besar, sambil menyisir rambut Kaoru dengan sebelah tangannya. Saat itulah Makoto bisa mengerti semuanya. Siapa yang memerkosa mayat—bukan, memperlihatkan seolah mayat baru saja diperkosa. Siapa yang memotong jemari Satoshi dan merapikan mayatnya. Siapa yang membawa pergi barang bukti dan membersihkan laci mejanya. Di sini juga ada. Seorang ibu yang rela menjadi iblis untuk melindungi putrinya. Andi Irma Sarjani, Zuriyati, Siti Gomo Attas, Honami's Personality Aspects -The Study of Freud's Psychoanalysis of the Main Figures in Holy Mother's Novel by Akiyoshi Rikako- 14 Page e- ISSN 2528-5548 Honami"Dengan ini, semua sudah selesai." Ibunya tersenyum damai, seolah sedang memeluk dunia Makoto. Holy Mother 聖母, Dari novel Holy Mother 聖母 ini, pembaca akan disadarkan kembali bahwa seorang ibu benar-benar bisa dan akan melakukan apapun untuk menjaga kedamaian keluarga, terutama jika menyangkut anak-anak. Bahkan seorang ibu yang bersedia menjadi sosok yang paling buruk sekalipun untuk melindungi anak-anaknya. Bagi Honami, ia sudah merasa sejiwa dengan anaknya. Bagi seorang ibu, anak adalah satu kesatuan, satu tubuh dan satu jiwa dengannya. Berbeda dengan laki-laki yang baru menjadi ayah setelah anak itu lahir, seorang wanita menjadi ibu langsung setelah nyawa itu ada di dalam perutnya. Ah tidak, lebih tepatnya seorang wanita menjadi ibu sejak dia mulai berusaha untuk mempunyai anak. Holy Mother 聖母, Berdasarkan kutipan-kutipan novel di atas, dapat diketahui bahwa dengan dorongan Id yaitu rasa cinta terhadap putrinya dapat menempatkan Ego dalam kondisi aman dan menyelamatkan diri dari hukuman dunia di luar dan lingkungannya. Selain itu, dari analisis kutipan-kutipan novel diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut 1. Naluri cinta seorang ibu Id mendesak Ego untuk melakukan apa saja demi melindungi putri yang dicintainya. Honami bahkan rela menjadi iblis untuk melindungi putrinya dari kecemasan dan trauma perkosaan yang dialami anak semata wayangnya, Makoto. 2. Ego melakukan pengaburan jejak pembunuhan yang dilakukan Makoto terhadap dua anak kecil di kota Aiide, disamping juga Ego membuat Honami membunuh Tateshina karena dendam atas perkosaan yang dilakukan Tateshina terhadap Makoto dan menyebabkannya hamil dan mengalami trauma sepanjang hidupnya. 3. Dari kisah novel tersebut dapat diketahui bahwa pada Ego tidak ada konflik atau pergolakan batin yang melibatkan Id dan Superego. Honami melakukan penghapusan jejak atas pembunuhan yang dilakukan Makoto adalah bentuk nafsu atau insting Id dan dia melakukannya tanpa ada pergolakan dengan prinsip-prinsip moral Superego. SIMPULAN Topik utama novel Holy Mother 聖母 adalah kegigihan dan rasa cinta seorang ibu yang dapat melakukan apapun untuk melindungi anaknya. Tema sentralnya adalah segala kecemasan dan kekhawatiran yang dirasakan dari trauma masa lalu dapat dituntaskan dengan kasih sayang seorang ibu yang berjuang dengan caranya sendiri bahkan dengan mengabaikan Superego atau nilai-nilai moral dan kebenaran, dan ia lakukan tanpa sepengetahuan siapapun. Berdasarkan kajian psikoanalisis, karakter Honami dapat disimpulkan sebagai berikut Pertama, karakter tokoh utama yaitu Honami memperlihatkan bahwa Id memmpengaruhi segala pemikiran dan tindakannya, dimana dalam Id dibutuhkan pemenuhan hasrat secepatnya tanpa memperdulikan lingkungan realitas secara akal sehat. Honami tidak lagi mempertimbangkan realita akal sehat untuk menyerahkan semua kasus pembunuhan kepada polisi, karena instingnya ingin melindungi putri satu-satunya yang sangat ia harapkan kehadirannya semenjak dulu. Hal ini dipicu oleh berbagai peristiwa yaitu ketidakberuntungan dirinya sendiri yang mengalami masalah kemandulan, dan keberadaan Kaoru yang mengubah hidupnya menjadi lebih bermakna. Munculnya ketakutan dan kekhawatiran akan keselamatan Kaoru karena terjadi pembunuhan beruntun yang menimpa anak kecil di kota tempat tinggalnya, menjadikannya memalsukan dan mengaburkan fakta pembunuhan yang dilakukan Makoto untuk melindungi putrinya tersebut. Ketakutan yang berasal dari traumatik yang dialami Honami inilah yang menurut Freud berasal dari alam bawah sadar. Kedua, kepribadian tokoh utama yaitu Honami adalah didominasi oleh unsur kepribadian Ego yang mengalahkan Superego. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Id-insting seorang ibu untuk menyelamatkan putrinya mendorong Ego untuk menghapus jejak pembunuhan yang dilakukan Makoto, dengan membuat mayat-mayat tersebut seakan-akan telah diperkosa. Honami juga melindungi sang anak dengan membuat seakan-akan Tateshina lah dalang pelaku pembunuhan berantai, dengan meletakkan semua barang bukti di apartemen Tateshina. Honami pula yang melakukan pembunuhan terhadap Tateshina dan membuatnya seperti kasus bunuh diri, karena JAPANEDU Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang Vol. 04, No. 01, June 2019, pp. 07-15 15 Page e- ISSN 2528-5548 dendam atas ketakutan traumatik yang dialami Honami akibat perkosaan yang dilakukan Tateshina terhadap Makoto saat masih duduk di bangku SMP. Tindakan Honami ini secara sadar dia lakukan, sehingga bila dikaitkan dengan teori psikoanalisis Freud, dapat dikatakan inilah tindakan ego Honami yang ia lakukan tanpa memperdulikan Superego atau nilai-nilai moral dan kebenaran. Disini Superego tidak berjalan dengan semestinya, karena latar belakang Honami yang merasakan trauma perkosaan yang dialami Makoto, dan juga perjuangannya yang sangat berat untuk dapat memiliki anak membuat Superego dikalahkan oleh Ego. Ego kemudian melakukan tindakan-tindakan penghapusan jejak kriminal pembunuhan yang dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan Makoto sekalipun. Keinginan dari Id untuk melindungi putrinya menjadi energi dan kekuatan iblis untuk melakukan penghapusan jejak dengan mencuci mayat menggunakan cairan kimia setelah terlebih dahulu memotong alat kelamin dan memotong jari-jari mayat dengan sadis. Ego pula yang menghabisi Tateshina dan membuat seakan-akan Tateshina lah pelaku pembunuhan berantai di kota Aiide. Semua itu dilakukan karena insting seorang ibu yang rela melakukan apa saja untuk melindungi putrinya dari tekanan akibat pengalaman traumatis yang masih menghantui Makoto. Disini dapat kita simpulkan bahwa standar kebaikan yang dianut oleh Honami adalah standar kebaikan dari sudut pandang dirinya untuk melindungi putri semata wayangnya dari perilaku kejahatan orang–orang di sekitarnya. REFERENSI Ahmad, M. 2011. AGAMA DAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD. Religia, 149, 277–296. Akiyoshi, R. 2016. Holy Mother 聖母. Haru. Ambarini, R. 2008. Konflik batin Dolour Darcy-Pendekatan Psikoanalisis Freud Terhadap Tokoh Utama Novel Poor Mans’s Orange Karya Ruth Park. Felman, S., & Laub, D. 1992. Testimony Crises of witnessing in literature, psychoanalysis, and history. Taylor & Francis. Syahfitri, N. K. 2017. Analisis Psikologis Tokoh Tanaka Makoto dalam Novel “Holy Mother” Karya Akiyoshi Rikako Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Nurhayati, H. 2008. AS PEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MIDAH, SIMANIS BERGIGI EMAS KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi. Universitas Muhammadiya Surakarta. Puteri, A. A. 2017. ANALIS IS GEJALA PTSD POST TRAUMATIC STRESS DISORDER YANG DIALAMI OLEH TOKOH TANAKA MAKOTO DALAM NOVEL SEIBO KARYA AKIYOSHI RIKAKO Skripsi. Universitas Darma Persada. Sembiring, R. H., Herlina., & Attas, S. G. 2018. Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Negeri Para Bedebah Karya Tere Liye Kajian Psikoanalisis Carl. Transformatika Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 22, 157–172. Setianingrum, R. 2008. ANALISIS ASPEK KEPRIBADIAN DALAM NOVEL SUPERNOVA EPISODE AKAR KARYA DEWI LESTARI TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA Skripsi. Universitas Muhammadiya Surakarta. Sudikan, S. Y. 2015. Pendekatan interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner dalam studi sastra. Paramasastra, 21. Wiyatmi. 2011. Psikologi Sastra. Kanwa Publisher. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Setya Yuwana SudikanPerkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian kesastraan. Sebagai sebuah kajian, karya sastra tidak bisa diklaim sebagai materi yang tertutup hanya pada satu dimensi pendekatan saja. Perkembangan pendekatan yang terus mengalami dinamika pada gilirannya mencipta pendekatan yang bukan lagi tunggal atau monodisiplin, tetapi sudah interdisiplin, multidisiplin, transdidiplin, dan krosdisiplin. Sudah banyak referensi yang berusaha memposisikan kajian kesastraan dengan pendekatan multidisiplin yang dianggap justru lebih komprehensif dalam menelaah sebuah karya sastra dibanding dengan yang monodisiplin. Melalui telaah atas karya-karya tersebut dengan pemetaan secara kronologis, artikel ini menyuguhkan peta dinamika kajian kesastraan yang interdisiplin, multidisiplin, dan transdisiplin terutama terhadap terbitan karya-karya yang berbahasa Indonesia baik itu ditulis langsung dalam bahasa Indonesia maupun Psikologis Tokoh Tanaka Makoto dalam Novel "Holy Mother" Karya Akiyoshi Rikako SkripsiN K SyahfitriSyahfitri, N. K. 2017. Analisis Psikologis Tokoh Tanaka Makoto dalam Novel "Holy Mother" Karya Akiyoshi Rikako Skripsi. Universitas Sumatra Utara.